Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memberikan respon terkait dengan sikap bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve alias The Fed, yang kembali dalam kecenderungan agresif (hawkish) terhadap penetapan suku bunga.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pihaknya melihat ruang tersendiri bagi bank sentral AS untuk menaikan Fed Fund Rate.

“Baseline kami Fed Fund Rate akan naik (menjadi) 5,50 persen pada bulan Juli,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis, 22 Juni.

Menurut Perry, bacaan tersebut didasarkan pada perkembangan terkini ekonomi Amerika dan juga pernyataan dari Gubernur The Fed serta anggota-anggota yang lain.

Secara terperinci Perry menjelaskan bahwa persoalan yang membelit AS saat ini adalah sisi permintaan (demand) yang tinggi tanpa mampu dipenuhi oleh aspek penawaran (supply).

Sebagai contoh adalah perang dagang dengan China yang mengganggu kelancaran distribusi barang. Kemudian perang di Ukraina membuat pasokan komoditas terhambat.

“Terlebih lagi inflasi tinggi terjadi di sektor jasa (tenaga kerja). Dahulu ada kebijakan imigrasi untuk menyuplai tenaga kerja, namun sekarang dibatasi. Itulah kenapa memerlukan waktu yang lebih lama bagi efektivitas kenaikan Fed Fund Rate untuk menurunkan inflasi,” katanya.

Perry menambahkan, urgensi juga hadir dari kegagalan tiga silicon valley bank maupun bank regional yang lain.

“Disinilah yang semula kami perkirakan terminalnya 5,25 persen ada kemungkinan Juli nanti naik menjadi 5,50 persen,” tegas dia.