JAKARTA - Museum Wiswakarma yang merupakan pusat budaya kreatif di Gianyar, Bali, telah diresmikan pada Minggu, 18 Juni kemarin.
Museum yang digagas oleh seniman Bali bernama I Ketut Pradnya tersebut juga diresmikan secara langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
"Saya merasa terhormat diberi kesempatan meresmikan Museum Wiswakarma ini sebagai upaya nyata melestarikan arsitektur dan budaya Bali. Untuk itu, saya mengucapkan selamat kepada Bapak Ketut Pradnya dan keluarga besarnya atas karya Museum yang bagus ini karena ternyata juga mengoleksi tanaman-tanaman langka," ujar Menteri Basuki dalam siaran persnya, dikutip Senin, 19 Juni.
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Basuki menyebut saat ini dan ke depannya pembangunan infrastruktur di Indonesia juga harus memperhatikan nilai estetika dan keberlanjutan lingkungan.
"Jadi, saat ini dan ke depan, kami dalam pembangunan infrastruktur tidak hanya melibatkan insinyur, tetapi juga seniman. Kementerian PUPR sedang membangun jembatan di IKN Nusantara dan desainnya juga dari seniman Bali," kata dia.
Terakhir, Basuki mengapresiasi berdirinya Museum Wiswakarma untuk melestarikan dan merawat budaya kreatif di Bali dan akan mengajak para delegasi World Water Forum (WWF) untuk dapat mengunjungi museum saat 2nd Stakeholders Consultation Meeting pada Oktober 2023 di Bali.
"Selamat atas peresmian Museum Wiswakarma, saya bangga dan berharap ini dapat menjadi model bagi keberlanjutan arsitektur dan budaya bangsa ke depan," ungkapnya.
Sementara itu, Seniman Bali sekaligus penggagas Museum Wiswakarma I Ketut Pradnya mengatakan, di era disrupsi budaya urban dan modernisasi, Bali diharapkan tetap merawat identitas kulturalnya tanpa menutup diri dari perkembangan digital.
"Museum Wiswakarma dirancang sebagai pusat pendidikan dan budaya kreatif agar budaya Bali tidak hanya didokumentasikan oleh para penerusnya, tetapi juga dilestarikan dan didistribusikan secara lebih luas," ucapnya.
BACA JUGA:
Bagi masyarakat Bali, Wiswakarma adalah dewa arsitek perancang alam semesta, serta guru dari para unagi (arsitek tradisional Bali). Segala norma yang tertulis dalam teks kearsitekturan Bali masih tetap dipegang teguh dan dijadikan pedoman oleh para unagi.
Oleh karena itu, Museum Wiswakarma dibangun sebagai persembahan karya para seniman bagi Bali dan tentunya Indonesia.
"Dengan museum ini, kami dedikasikan segala kerja kreatif untuk menjadi darma terhadap tanah kelahiran dan leluhur Bali, semoga ada artinya bagi Bali dan Indonesia," imbuhnya.