Bagikan:

JAKARTA - Hari libur sekolah adalah hari paling dinanti anak-anak. Orang tua bisa menghabiskan waktu libur sekolah semester genap 2021/2022 tidak hanya pusat perbelanjaan, berwisata ke museum juga bisa dijadikan pilihan.

Wilayah DKI Jakarta, menjadi kota dengan lokasi museum terbanyak di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta dalam laman resminya merilis lebih dari 70 museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat.

Berkunjung ke museum tidak hanya mendapatkan banyak manfaat ketangkasan dan kreatifitas, berkunjung ke museum juga bisa mendapatkan banyak ilmu dan sejarah-sejarah yang nantinya bisa dijadikan bekal ketika memasuki tahun ajaran baru.

"Saya sengaja ajak anak-anak ke Museum Layang-Layang karena ingin memberikan liburan yang bermanfaat. Jadi, ketika mereka masuk sekolah nanti mereka bisa menceritakan pengalaman berlibur mereka," ungkap warga Solo yang sengaja berkunjung ke Museum Layang-Layang, Winda Surci dikutip dari ANTARA.

Museum Layang-Layang memang bisa menjadi salah satu pilihan bagi orang tua yang ingin mengajak anak-anak mereka berlibur.

Tidak hanya melihat berbagai jenis layangan yang ada di Indonesia dan juga mancanegara, pengunjung juga langsung diajak untuk membuat layangan secara langsung yang bisa dibawa pulang untuk dimainkan.

Dengan membayar tiket masuk seharga Rp20 ribu untuk anak-anak dan Rp25 untuk pengunjung dewasa, museum ini akan menyajikan banyak hal yang tidak biasa dilakukan di rumah maupun di sekolah.

"Dengan membayar tiket, para pengunjung akan dapat menikmati tiga kegiatan, pertama itu menonton film sejarah layang-layang, lalu ada tur museum untuk mengenal lebih dalam tentang layang dan terakhir mereka akan diajarkan membuat layang-layang dari kertas yang mereka gambar nantinya," jelas pemandu wisata Museum Layang-Layang, Asep Irawan.

Suasana museum

Bangunan museum yang berdiri di atas lahan seluas 2.750 m2 ini banyak dipenuhi pohon yang rimbun dengan bangunan bergaya arsitektur Bali dan Jawa, sehingga suasana yang asri tampak jelas dan para pengunjung merasa tidak sedang berada di Selatan Ibu Kota Jakarta.

Museum yang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika pada 21 Maret 2003 itu, menjadikan museum layang-layang pertama yang ada di Indonesia.

"Hadirnya Museum Layang-Layang ini untuk melestarikan khasanah budaya Indonesia melalui karya seni layang-layang," kata Asep.

Sebelum berdiri sebagai museum, pemilik yang bernama Endang W Puspoyo awalnya fokus pada bidang kecantikan. Endang juga lebih dahulu membuka galeri layang-layang. Kebetulan, Endang memang sangat gemar dan senang dengan dunia layang-layang.

Pada 1990-an, Endang sering mengundang para seniman layang-layang dari berbagai daerah untuk mengikuti festival guna menghidupkan seni layang-layang di Indonesia.

Dari para seniman itulah Endang banyak mendapatkan layang-layang, mereka yang datang banyak menyumbangkan untuk dipajang di museum dan ada juga yang menjual hasil karya seni mereka setelah festival itu berakhir.

“Mereka yang ikut festival itu, tidak semua layangannya dibawa pulang, ada yang dijual untuk ongkos balik dan ada juga yang disumbangkan untuk dipajang di galeri,” ucap Asep.

“Seiring bertambah banyaknya layang-layang tersebut, ibu Endang lalu punya ide untuk membuka museum ini,” tambah dia.

Hadirkan berbagai macam layang-layang

Museum Layang-Layang ternyata tidak hanya menyimpan karya seni dari seniman layangan dari berbagai daerah di Indonesia, di bangunan berbentuk pendopo ini banyak menyimpan layangan dari seniman dunia.

Bangunan berbentuk pendopo ini banyak dipenuhi oleh layang-layang unik yang berasal dari berbagai negara di dunia, dari yang terkecil berukuran 2cm hingga yang paling besar mencapai 5x3 m.

“Museum ini juga punya layangan yang memiliki panjang sampai 100 m, tapi tidak muat kalau dipajang,” ucap dia.

Asep yang juga berprofesi sebagai seniman layang-layang menjelaskan, museum ini banyak menyimpan koleksi layangan dari berbagai mancanegara sebagai bentuk cinderamata ketika bertandang ke festival layang-layang yang diselenggarakan di berbagai negara.

"Biasanya tukar layangan kalau kita kesana atau mereka ke sini, ada yang disumbangkan juga untuk museum," ujar dia.

Di dalam pendopo yang memiliki lantai bernuansa kayu ini, setidaknya menyimpan 20 koleksi layang-layang dari berbagai mancanegara yang dipamerkan.

Hal itu guna mempertegas bahwa layang-layang tidak hanya banyak digemari di Indonesia, melainkan digemari juga oleh masyarakat global.

"Museum Layang-Layang ini juga menyimpan layang-layang dari luar negeri seperti Turkey, Belanda, Korea Selatan, Philipina, Kamboja, India, Jepang, China, Thailand, Malaysia, Srilangka, Swedia dan juga ada dari Perancis," ujar dia.

Yang lebih menariknya lagi, tidak hanya memiliki berbagai macam layangan dari mancanegara. Museum Layang-Layang juga memiliki replika layangan pertama yang ada di Indonesia.

Pria berusia 57 tahun ini menceritakan, layangan yang terbuat dari bahan alami yakni menggunakan daun kolope dan memiliki bentuk berlian berasal dari daerah Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.

Proses pembuatan layangan yang memakan waktu 3-7 hari ini, ternyata dulunya dipakai oleh manusia purba untuk mencari tuhan.

“Sejarahnya yang pertama di Indonesia, bahkan ada penelitian bahwa kalau layang-layang ini yang pertama di dunia. Yang ada disini hanya replika saja. Menurut sejarah orang purba terbangin layangan itu untuk mencari tuhan, tapi mereka gagal menemukan,” tutur dia.

Untuk diketahui, Museum Layang-Layang terletak di Jalan H Kamang, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini memiliki banyak kegiatan bagi para pengunjung, seperti melukis, membuat layangan, melukis payung, hingga menonton sejarah layangan.