Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan impor kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang dilakukan hanya untuk menutupi gap kebutuhan jangka pendek.

“Kalaupun ada impor, semisal mungkin yang kita minta. Karena itu hanya menutupi yang namanya gap dari kebutuhan 6 bulan atau 7 bulan ke depan,” katanya di dalam rapat dengan Komisi VI DPR, ditulis Selasa, 6 Juni.

Erick mengatakan, impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sembari menunggu produksi PT Industri Keteta Api (INKA) selesai.

Pasalnya, sambung Erick, berdasarkan hasil rapat dengan INKA dan PT KAI terdapat pertumbuhan penumpang yang melebihi prediksi pascapandemi COVID-19 berakhir.

Karena itu, kata Erick, sambil menunggu produksi INKA, impor kereta api bekas dari Jepang menjadi solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek pengguna kereta api.

“Tentu alhamdulillah buat Indonesia ini hal yang positif. Karena itu, INKA sendiri telah saya periksa, memang untuk mengikuti suplai kebutuhan kereta api kemarin memang salah satunya yaitu melakukan impor tetapi harus diiringi produksinya sendiri ini,” ucapnya.

Kata Erick, untuk menambah kemampuan INKA dalam memproduksi kereta api, dirinya bersama dengan Menko Marves dan Menteri Perindustrian sepakat untuk menyuntikan dana sebesar Rp3 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai tahun anggaran 2024.

Dana tersebut, sambung Erick, akan digunakan INKA sebagai tambahan modal guna mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan kereta api untuk gerbong-gerbong barunya.

“Penyehatan INKA ini membutuhkan tambahan Rp3 triliun. Sehingga terjadi equilibrium antara produksi gerbong dan juga peningkatan jumlah kebutuhan kereta api sendiri,” jelasnya.