JAKARTA - Beban keuangan emiten panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) meroket hingga 208,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I 2023 akibat bunga pinjaman yang tinggi.
Berdasarkan laporan keuangan PGEO yang dirilis Selasa malam, 30 Mei, perseroan mencatatkan beban keuangan yang membuncit menjadi 6,45 juta dolar AS per 31 Maret 2023 dari hanya 2,09 juta dolar AS pada kuartal I 2022.
Beban keuangan yang melejit ini diakibatkan oleh banyaknya utang perseroan sehingga membuat bunga pinjaman tak terkendali. Bunga pinjaman jangka pendek misalnya, melonjak hingga 545,35 persen yoy menjadi 4,65 juta dolar AS dari 721.000 dolar AS pada akhir Maret tahun lalu.
Sementara itu, bunga pinjaman jangka panjang PGEO juga tercatat naik sekitar 33,66 persen yoy dari 1,32 juta dolar AS menjadi 1,76 persen pada tiga bulan pertama tahun ini. Sedangkan bunga atas sewa yang memberikan kontribusi kecil pada beban keuangan turun tipis dari 53.000 dolar AS menjadi 32.000 dolar AS.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama memaparkan bahwa meroketnya beban keuangan dapat menjadi perhatian bagi para pelaku pasar mengingat peningkatannya cukup tinggi secara tahunan.
Apalagi, lanjut Nafan, meningkatnya laba bersih perseroan turut ditopang oleh tingginya pendapatan selisih kurs yang merupakan uncontrollable variable dalam sebuah kinerja keuangan.
“Sehingga peningkatan laba hasil selisih kurs dan tingginya beban keuangan dirasa kurang ideal,” katanya kepada wartawan, dikutip Minggu 4 Juni.
Sebagai perusahaan yang sudah listing di bursa saham, paparnya, PGEO harus sudah menerapkan sistem Good Corporate Governance (GCG) dengan mitigasi risiko yang kuat.
“GCG dan terkait mitigasi risiko yang perlu dihadapi emiten seperti PGEO ini,” tegasnya.
BACA JUGA:
Seperti diketahui, perseroan tengah aktif mencari dana pinjaman melalui berbagai instrumen. Pascamenghimpun dana publik sebanyak Rp9,05 triliun melalui penawaran umum perdana saham (IPO), PGEO kembali menerbitkan obligasi berwawasan hijau (green bond) 400 juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun.
Bukan untuk pengembangan bisnis, uang hasil emisi obligasi yang diterbitkan pada 27 April 2023 itu justru digunakan perseroan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman sindikasi (refinancing) 600 juta dolar AS yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023.
Namun, pada akhir Maret 2023 pinjaman jangka pendek PGEO masih tercatat senilai 400 juta dolar AS, atau hanya terpangkas 200 juta dolar AS dari nilai utang jangka pendek sebesar 600 juta dolar AS pada 31 Desember 2023.