JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan bahwa inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) adalah sebesar 4,97 persen year on year (yoy) pada Maret 2023, lebih rendah dari Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen yoy.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan kondisi serupa juga terjadi pada komponen inflasi inti.
“Inflasi inti menurun dari sebelumnya 3,09 persen di Februari menjadi 2,94 persen di Maret 2023,” ujarnya saat menyampaikan pemaparan kepada awak media pada Senin, 3 April.
Penurunan inflasi umum (IHK) dan inflasi inti menjadi kabar baik tersendiri. Pasalnya, pengaruh inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) atas produk rokok dan BBM masih cukup kuat.
Belum lagi inflasi harga bergejolak (volatile) yang mengalami kenaikan setiap periode Ramadan serta Idulfitri tiba.
“Tekanan inflasi komponen inti secara tahunan terus mengalami penurunan selama tahun 2023,” tegas Pudji.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, angka inflasi menjadi salah satu pokok utama Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan. BI biasanya menggunakan inflasi inti karena langsung mencerminkan permintaan dan penawaran yang ada di masyarakat.
Gubernur BI optimistis tingkat inflasi di dalam negeri akan semakin terkendali setelah sebelumnya melambung akibat kenaikan harga komoditas pada akhir tahun lalu.
“Bank Indonesia menetapkan target inflasi inti 3 persen plus minus 1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023,” kata Perry beberapa waktu lalu.
Atas inflasi yang terus melandai ini maka bank sentral tidak perlu lagi menaikan BI rate yang kini bertengger di level 5,75 persen.
“Sehingga, dari dasar pertimbangan inflasi inti dan inflasi IHK maka statement kami level BI rate 5,75 persen sudah memadai,” tegas dia.