Bagikan:

JAKARTA - Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN menegaskan kembali komitmen bersama untuk menjaga stabilitas keuangan dan memajukan integrasi keuangan terhadap prospek ekonomi yang tidak menentu (uncertain) yang dapat berdampak pada momentum pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Demikian poin utama pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) terbaru yang diselenggarakan di Bali pekan ini.

"Kami percaya bahwa ASEAN memiliki tujuan untuk menjadi suatu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan,” demikian yang disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, dikutip Redaksi pada Minggu 2 April.

Menurut Menkeu, untuk memastikan bahwa keberhasilan ini akan berkelanjutan maka perlu memperkuat kapasitas dalam menghadapi berbagai tantangan hingga dua puluh tahun ke depan.

“Dalam keketuaan ASEAN tahun ini, Indonesia mengambil tema Epicentrum of Growth yang mencerminkan bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dan dunia,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan demi mewujudkan cita-cita bersama maka setiap negara perlu pemahaman yang baik tentang dinamika stabilitas makroekonomi dan keuangan global dan regional serta mampu merumuskan bauran kebijakan yang optimal.

“Dengan dinamika pasar keuangan global saat ini yang sangat dipengaruhi oleh siklus kenaikan suku bunga yang cepat oleh bank sentral utama, lebih penting bagi pasar negara berkembang untuk melindungi sektor eksternal dari konsekuensi yang tidak diinginkan,” katanya.

Untuk diketahui, Sejalan dengan tema Epicentrum of Growth, ASEAN secara kolektif memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas makroekonomi. Misalnya, ekonomi ASEAN-5 tumbuh sebesar 5,3 persen tahun lalu, dan secara kolektif diperkirakan menjadi 4,6 persen tahun ini dan meningkat menjadi 5,6 persen pada 2024.

Pertumbuhan ini antara lain akan terus berlanjut didukung oleh konsumsi, perdagangan, dan investasi yang kuat, serta perdagangan terbuka dan investasi ke negara lain.

Meskipun demikian, ASEAN dan global masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain dampak rambatan (spillover) dari perekonomian global, suku bunga tinggi, inflasi tinggi, serta ketidakpastian keuangan global.

Adapun, hasil pertemuan AFMGM pertama akan dilaporkan ke KTT ASEAN ke-42 yang akan diselenggarakan pada Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.