JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, dengan kenaikan BI-Rate kebijakan fiskal dan moneter akan terus disinergikan untuk menjaga nilai tukar rupiah, neraca perdagangan dan mengantisipasi beberapa risiko ke depan.
"Kita dukung kebijakan BI yang pro stabilitas karena memang kondisi globalnya sedang demikian yang harus kita antisipasi, jadi sinergi moneter dan fiskal akan terus kita perkuat," kepada wartawan di Gedung AA Maramis Jakarta, Kamis, 25 April.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen dan meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen.
Febrio menyampaikan, dengan adanya bauran kebijakan BI yang pro-stability likuiditas pasar keuangan Indonesia akan terjaga untuk menghadapi gejolak global ke depannya dan tren suku bunga tinggi.
"Dengan adanya kebijakan yang pro stabilitas, memang menunjukkan bahwa BI sedang mengantisipasi, dari fiskal juga sama," jelasnya.
Menurut Febrio gejolak perekonomian global terhadap kinerja perekonomian nasional bukan baru pertama kali terjadi tetapi sudah dari tahun sebelumnya sehingga Pemerintah telah memiliki langkah antisipasinya.
BACA JUGA:
Selain itu, Febrio juga optimistis stabilitas perekonomian tetap terjaga dan proses pemulihan ekonomi juga akan tetap berlanjut di tahun ini dengan melakukan penguatan sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter.
"Sinergi yang biasa kita lakukan antara fiskal dan moneter ini akan terus kita lakukan dan perkuat sehingga momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang kita nikmati bisa kita jaga," tuturnya.