JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso mengaku optimistis dapat menyalurkan kredit di tengah gempuran suku bunga tinggi.
Asal tahu saja, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen pada Rabu, 24 April.
Menanggapi hal ini, kata Sunarso, keputusan BI menaikkan suku bunga merupakan keputusan yang rasional dan logis di tengah upaya Indonesia mengendalikan inflasi dan pelemahan nilai tukar.
Sunarso menyebut, kenaikan suku bunga ini tentunya berdampak pada perbankan yang tentunyakan ikut bersusah-payah memikul beban mempertahankan likuiditas perbankan demi menjaga nilai tukar dan inflasi.
Meski demikian Sunarso menyebut kenaikan suku bunga ini tidak berdampak signifikan bagi perusahaan karena memiliki kondisi permodalan yang tangguh.
"Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, dimana tercatat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar 83,28 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 24 April.
Menurutnya, dengan LDR di kisara 83,38 persen, BRI tidak memiliki permasalahan dengan likuiditas serta masih mencetak pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 10,89 persen year on year pada kuartal I tahun 2024 atau mencapai Rp1.308,65 triliun.
"Artinya kredit masih tumbuh sementara likuiditas masih longgar dalam artian LDRnya 83.38 persen," kata dia.
Lebih jauh, Sunarso menyebut, sejatinya LDR yang ideal berada pada kisaran 90 hingga 92 persen.
Dengan LDR BRI di angka 83,38 persen, dirinya yakin perseroan masih memiliki ruang pertumbuhan untuk kredit.
"Suku bunga tinggi tantangannya apa? Pasti akan menyebabkan tantangan di likuiditas, tapi bagi BRI, dengan LDR 83,38 persen saya pikir kita biasa aja," sambung dia.
BACA JUGA:
Sunarso memastikan, BRI tetap mempertahankan rasio likuiditas dengan sehat namun tidak akan mengerem penyaluran kredit.
"Kita tetap bisa menumbuhkan kredit karena kredit kita tumbuh 10,9 persen. Artinya pertahankan kredit di double digit. Kita tetap harus mampu pertahankanpertumbuhan kredit di level double digit meskipun suku bunga BI rate naik 25 basis poin," pungkas Sunarso.