Bagikan:

JAKARTA – Tren kenaikan suku bunga diyakini akan terus berlanjut pada semester II 2022. Hal itu disampaikan oleh Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat.

Menurut dia, Bank Indonesia (BI) bakal kembali mengambil langkah agresif usai Rapat Dewan Gubernur 21-22 September dengan menetapkan rate interest yang baru. Proyeksi itu didasari pada sikap bank sentral di Agustus lalu yang mengerek suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 3,75 persen.

“Mencermati dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap inflasi dan akselerasi penyaluran kredit, Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) dapat memahami bila Bank Indonesia akan kembali menaikkan tingkat suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,0 persen,” ujarnya dalam keterangan pers dikutip Rabu, 21 September.

Menurut Budi, pemulihan ekonomi dicirikan oleh akselerasi penyaluran kredit perbankan yang sudah kembali pada level double digit. Dia mencatat, Laju tahunan penyaluran kredit per Juli 2022, mencapai 10,5 persen pada Juli 2022 yang mendekati pertumbuhan sebelum pandemi yang pada kisaran 12- 13 persen.

Budi menambahkan, laju penyaluran kredit saat ini nampak turut memicu inflasi inti yang pada Agustus 2022 lalu yang menyentuh 3,04 persen.

“Untuk memberikan arahan agar inflasi inti tahun depan terkendali, BI punya alasan untuk mulai melakukan normalisasi suku bunga namun tetap mendukung pemulihan ekonomi,” tuturnya.

Selain pertimbangan internal diatas, peningkatan suku bunga diperlukan untuk menjaga interest rate differential (selisih suku bunga BI terhadap negara lain) tetap kompetitif. Kata dia, hampir semua negara telah menaikkan tingkat suku bunga kecuali beberapa negara yang menghadapi tantangan perlambatan Ekonomi seperti China, Turki dan Rusia.

“Bisa dikatakan Bank Indonesia termasuk bank sentral yang menaikkan suku bunga lebih belakangan dibanding bank sentral di negara lain. Namun, langkah BI itu perlu diapresiasi. Selain agar tidak terlambat (behind the curve), normalisasi tingkat suku bunga juga ditujukan untuk menjaga attractiveness aset-aset domestik di mata asing serta menghindari out flow di pasar,” jelasnya.

Adapun, secara timing kenaikan suku bunga di tengah pekan ini dianggap cukup tepat lantaran di waktu yang bersamaan The Fed juga diekspektasikan bakal mengerek tingkat suku bunga sebesar 75 hingga 100 bps.

“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan menaikan suku bunga 50 bps hingga akhir periode 2022,” tegas Budi.

Sebagai informasi, BI rate merupakan acuan utama bagi pelaku usaha dalam menetapkan tingkat bunga, seperti tabungan, deposito, serta kredit dan pembiayaan. Sehingga, apabila suku bunga acuan BI naik maka dipastikan beban nasabah akan turut meningkat.