Bunga Utang Siap-siap Membengkak, Pemerintah Pilih Empat Strategi Ini
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui bahwa tekanan biaya dana (cost of fund) diyakini bakal semakin kuat pada 2023 mendatang seiring dengan tren peningkatan suku bunga yang belum berakhir.

Menurut dia, hal tersebut membuat pemerintah setidaknya menyiapkan empat rencana strategis guna mengurangi dampak beban bunga utang di tahun depan.

Pertama, pemerintah akan mengoptimalkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) 2022 untuk digunakan pada APBN 2023.

“Saya melakukan sekarang dengan mengumpulkan SiLPA sebagai bantalan pembiayaan,” ujarnya dalam forum Economic Outlook 2023 dikutip redaksi pada Senin, 26 Desember.

Kedua, meningkatkan porsi pembiayaan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan pasar atau sentimen market.

“Ini seperti pinjaman yang bersifat dari bilateral maupun multilateral. Itu jauh lebih aman dan kita akan maksimalkan,” tuturnya.

Ketiga, penerbitan surat utang pemerintah dengan memanfaatkan momentum yang tepat.

“Kemudian penerbitan dari market yang opportunistic. Pada bulan Juli yang lalu tentu kita ingat terjadi gejolak yang tinggi tapi kita tetap masih bisa meng-issued bond global yang luar biasa dengan harga yang kompetitif,” jelasnya.

Serta yang terakhir adalah upaya lanjutan pemerintah yang akan terus memperdalam sektor pasar keuangan di dalam negeri.

“Ritel kita itu (masyarakat) senang investasi di surat berharga negara yang milik pemerintah. Satu hal yang menarik adalah lebih dari 50 persen investor ini adalah perempuan,” katanya.

“Bahkan, anak-anak di bawah 30 tahun mereka semakin banyak yang investasi di surat berharga pemerintah, ada yang mahasiswa juga pelajar itu masuk sebagai investor kita,” sambung Menkeu Sri Mulyani.

Mengutip informasi yang dilansir Kementerian Keuangan disebutkan jika jumlah utang pemerintah sampai dengan akhir November 2022 adalah sebesar Rp 7.554,2 triliun.

Bukuan itu naik Rp57,5 triliun dari posisi akhir Oktober 2022 yang sebesar Rp7.496,7 triliun.

Adapun, tren suku bunga yang naik dipengaruhi oleh langkah bank sentral sejumlah negara, termasuk Indonesia, dalam menjaga inflasi agar tidak bergerak di level yang liar.

VOI mencatat, BI sendiri telah mengerek suku bunga sebesar 200 basis points (bps) sejak Agustus lalu menjadi 5,50 persen di Desember 2022.