Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil mencetak laba sebesar Rp15,98 triliun pada kuartal I-2024.

Aset milik BRI juga tercatat tumbuh 9,11 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi sebesar Rp1.989,07.

Peningkatan aset tersebut didorong penyaluran kredit yang tumbuh double digit. Dimana hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89 persen (yoy).

Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25 persen diantaranya atau sejumlah Rp1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51 persen yoy menjadi Rp622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62 persen yoy menjadi Rp193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06 persen yoy menjadi Rp272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10 persen yoy menjadi Rp219,24 triliun.

Analis Rekomendasikan Beli Saham BRI

Atas pencapaian tersebut, mayoritas analis pasar modal tetap memasang rekomendasi buy atau beli untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Salah satunya dari Sucor Sekuritas.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya mengatakan laba bersih BBRI relatif tumbuh stabil yang didukung oleh pendapatan yang kuat sehingga bisa meng-cover pencadangan.

Edward juga mengatakan Net interest income (NII) tumbuh sehat 16 persen didorong oleh pertumbuhan kredit yang kuat. Dengan kinerja tersebut, Sucor memberikan rekomendasi Beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp6.400.

“Target harga kami setara dengan 2,8x price to book pada 2024 dengan asumsi return on equity 23 persen dengan cost to equity 12 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu, 5 Mei.

Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan mengatakan perolehan laba bersih BRI (BBRI) yang juga turun 1,4 persen secara kuartalan itu sejatinya sedikit di bawah perkiraannya.

Akan tetapi, laba bersih BRI (BBRI) masih in-line dengan perkiraan konsensus, yakni setara 24 persen dari perkiraan satu tahun penuh. Namun, Erni menggarisbawahi NIM BRI akan terpengaruh kenaikan suku bunga acuan.

Adapun manajemen BRI (BBRI) sendiri telah merevisi target NIM 20 bps lebih rendah menjadi 7,6 hingga 8 persen dari sebelumnya 7,8 hingga 8 persen.

Erni mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp7.000 per saham. Target harga ini sendiri lebih rendah dari target sebelumnya Rp7.150 per saham.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan optimisme perseroan mencapai pertumbuhan kredit double digit di tengah era suku bunga tinggi. Seperti diketahui, hingga akhir kuartal I-2024 tercatat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar 83,28 persen.

Kemudian dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97 persen.

“Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” kata Sunarso.

BRI pun optimistis pertumbuhan kredit di tahun ini dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan pada awal tahun, yakni double digit dikisaran 10 hingga 12 persen yoy.