Pak Jokowi! Harga Beras Masih Tinggi di Daerah, Padahal Lebaran Sebentar Lagi
Presiden Joko Widodo saat mengecek ketersedian beras Bulog (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa harga beras di mayoritas kota Indonesia masih berada pada level yang tinggi.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan berdasarkan data yang dihimpun, menunjukan bahwa 60 kota mengalami kenaikan harga beras.

“Dari 90 kota yang diamati, terdapat 60 kota yang mengalami kenaikan harga beras, 29 kota mengalami penurunan, dan satu kota tidak berubah,” ujarnya saat kepada awak media pada Senin, 3 April.

Menurut Pudji, secara spasial kenaikan harga beras terjadi di semua wilayah (rata-rata single digit), baik itu di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara dan Maluku/Papua.

“Kenaikan harga beras tertinggi tercatat di Luwuk dengan peningkatan 25,4 persen. Sementara penurunan terdalam terjadi di Kota Mataram, yakni 8,5 persen secara bulanan (month to month/mtm),” tuturnya.

Pudji menambahkan, harga beras eceran mengalami kenaikan sekitar 11 persen (year on year/yoy) menjadi Rp12.795 per Kg pada akhir Maret 2023. Angka itu lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp11.589 per Kg.

Begitu juga jika dibandingkan secara bulanan yang mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen, dari sebelumnya Rp12.707 per Kg pada Februari 2023 menjadi Rp12.795 per Kg di Maret 2023.

Dalam pemberitaan redaksi sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini jumlah pasokan beras akan semakin tinggi bersamaan dengan berlangsungnya panen raya di beberapa daerah.

“Kita harapkan mulai panen kemudian masuk ke rice mill, keluar sebagai beras, dan segera masuk ke pasar. Artinya, kalau suplainya banyak dan melimpah otomatis harga turun,” kata Kepala Negara akhir bulan lalu.

Untuk diketahui, periode panen raya akan berlangsung pada Maret hingga Mei 2023. BPS sendiri menyebut harga beras akan berangsur normal dalam beberapa bulan ke depan.

Pasalnya, penurunan harga diduga belum ditransmisikan dari tingkat penggilingan ke tingkat grosir maupun eceran yang membutuhkan waktu.