Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan alasan hengkangnya Air Products and Chemicals Inc dari proyek coal to dimethyl ether (DME) bersama PT Bukit Asam dan PT Kaltim Coal.

Arifin bilang, Air Product beralasan karena investasi yang ditawarkan Amerika lebih menarik dibandingkan di Indonesia.

"Mereka merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya, dia (Ari Products) ke sana," ujar Arifin kepada media yang dikutip Senin 20 Maret.

Arifin melanjutkan, jika saat ini Amerika memiliki subsidi untuk energi baru terbarukan sehingga proyek yang ditawarkan juga lebih menarik bagi Air Products.

Selain itu, Amerika juga tengah mendorong pemakaian hidrogen sebagai energi baru terbarukan.

"Jadi ada proyek yang lebih menariklah. Jadi merekalari ke sana untuk hidrogen. Karena mereka lagi mendorong untuk pemakaian itu (hidrogen)," lanjut Arifin.

Tak hanya itu, penyebab Air Product memilih mundur adalah karena telah disahkannya Inflation Reduction Act (IRA) atau Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang sudah diteritkan sejak Agustus 2022.

"Karena ada Inflation Reduction Act IRA itu yang menyebabkan investor banyak lari ke sana," pungkas Arifin.

Sementara itu, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, keluarnya Air Products dari konsorsium ini dipastikan tidak akan mengganggu keberlanjutan proyek.

Arsal mengungkapkan jika saat ini PTBA sudah menyiapkan kawasan khusus hilirisasi yang akan diubah menjadi Kawasan EKonomi Khusus hilirisasi sehingga kemunduran Air Product tidak mengganggu kemajuan proyek.

"Kami di PTBA sudah siapkan kawasan ekonomi khusus untuk hilirisasi sampai saat ini pembebasan lahan sudah kami lakukan, kami sudah siapkan lahan dan perizinan sudah didapat,” kata Arsal.

Untuk KEK hilirisasi ini Arsal mengungkapkan jika pihaknya menyiapkan kawas seluas 595 hektar dan sudah mengantongi izin KEK.