JAKARTA - Perdagangan baju bekas impor atau yang dikenal sebagai thrifting semakin menjamur. Perdagangan ini tidak terlepas dari kegemaran masyarakat berbelanja dengan harga murah tapi tetap tren saat ini.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan angkat bicara mengenai fenomena ini. Kata dia, baju bekas impor ini tidak seharusnya diperdagangkan di tanah air.
Terkait dengan menjamurnya penjualan baju bekas impor, Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan mengatakan hal itu karena Indonedia sebagai negara kepulauan meliliki banyak pintu masuk atau ‘jalan tikus’.
Zulhas mengaku sedang mendeteksi jalur tikus yang digunakan para importir untuk memasukkan baju bekas impor ke dalam negeri. Pendeteksian dilakukan dengan melibatkan satuan tugas (satgas) serta laporan dari masyarakat.
“Kita ini memang kelemahannya ada jalan tikusnya banyak, perlu kerja sama dengan Satgas agar bisa dideteksi. Cuma yang penting itu laporan dari masyarakat,” tuturnya, di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 15 Maret kemarin.
Menurut Zulhas, baju bekas impor ini sangat berbahaya. Pasalnya, baju-baju tersebut membawa banyak bakteri penyakit.
Tak hanya itu, kata Zulhas, perdagangan baju bekas impor ini juga dapat merugikan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Tentu masyarakat dirugikan karena baju bekas itu bahaya bisa jamur, bisa bawa penyakit. Kedua, bisa hancurkan UMKM kita,” katanya.
BACA JUGA:
Bahkan, kata Zulhas, negara pun ikut rugi miliaran rupiah imbas perdagangn baju bekas impor ini. Contohnya, kata dia, kasus di Mojokerto, kerugian negara mencapai Rp10 miliar lebih.
Selain Mojokerto, Zulhas mengaku menemukan kasus serupa di Pekanbaru dengan nilai yang jauh lebih besar.
“Di Mojokerto Rp10 miliar lebih, di Pekanbaru tanggal 17 Maret saya ke sana akan musnahkan di Riau Pekanbaru itu banyak sekali ada 900-an bal mau kita bakar,” ucapnya.