Alasan Impor Kereta Bekas Dari Jepang: Bermula dari Hibah
Alasan Impor Kereta Bekas Dari Jepang (Balazs Busznyak - Unsplash)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Demi tingkatkan kapasitas angkut penumpang, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) bakal tingkatkan rangkaian kereta rel listrik (KRL) menjadi 119 unit. Seluruh kereta tambahan ini diimpor dari Jepang. Ini merupakan kereta bekas yang sudah tidak dipakai lagi di Negeri Sakura. Kamu Nanya alasan, apa alasan impor kereta bekas dari Jepang?

"Tahun ini kami akan mendatangkan 100 kereta. Mungkin akan datang sisanya lima rangkaian lagi," kata Direktur Keselamatan KCI John Roberto, seperti dikutip Antara, Kamis 15 Agustus 2022.

Dengan menambahan kereta ini, KCI menargetkan bisa membawa sampai 1,2 juta penumpang per hari di akhir 2019. Berdasarkan knowledge KCI, sementara ini anak bisnis PT Kereta Api Indonesia (KAI) berikut baru bisa mengangkut 1,1 juta penumpang per hari.

KCI optimistis target berikut dapat tercapai. Apalagi, permohonan akan kereta senantiasa tersedia bersamaan bersama keperluan masyarakat akan moda transportasi tersebut. Saat ini tersedia 958 perjalanan KRL per hari, bersama lima lintasan yang keseluruhan panjangnya 418 kilometer. 

Alasan Impor Kereta Bekas Dari Jepang

Ilustrasi KRL (Foto: Dok. Antara)
Ilustrasi KRL (Foto: Dok. Antara)

Pembelian kereta yang dilaksanakan KCI memunculkan pertanyaan. Indonesia sudah punya PT Industri Kereta Api (INKA), tapi KCI malah mengimpor keperluan keretanya berasal dari luar negeri. Bahkan, kereta yang diimpor pun adalah kereta bekas yang usianya sudah uzur.

Direktur Utama INKA Budi Noviantoro menjelaskan kereta impor berasal dari Jepang tak bisa dibandingkan dengan kereta buatan perusahaannya. Alasan utama KAI mengimpor kereta berasal dari Jepang adalah berkaitan harga. Kereta yang diimpor berasal dari Jepang merupakan kereta bekas yang harganya lebih tidak mahal berasal dari kereta baru buatan INKA. 

Dia mengatakan ongkos untuk mendatangkan kereta bekas berasal dari Jepang biasanya sekitar Rp 2 miliar. Biaya ini jauh lebih tidak mahal dibandingkan harga kereta baru yang diproduksi INKA, meraih US$ 1,3 juta atau setara Rp 18 miliar, dengan kurs sekarang. "Di Jepang, meski hanya mengikis barang bekas juga mahal ongkosnya. Tapi jikalau mesti membeli baru juga lebih mahal," kata Budi di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin 19 Agustus 2022.

 Meski begitu, kata Budi, KAI tetap memperhitungkan untuk membeli kereta berasal dari INKA. Salah satu pertimbangannya adalah kasus perawatan kereta bekas berasal dari Jepang yang menyulitkan. Suku cadangnya kesusahan didapat gara-gara banyak yang telah tidak diproduksi. Biaya perawatannya juga bisa mahal, gara-gara usia keretanya telah tua.

 Selain itu, izin dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terhadap PT KCJ terkait teknis impor barang modal bekas akan segera habis masa berlakunya. "Kelihatannya KAI sudah tidak punya izin di situ, sehingga mau tidak mau mereka butuh kereta baru untuk 2023," kata Budi.

Brawl Dari Hibah

Kehadiran kereta bekas Jepang melintas di rel KAI berawal dari hibah. Pada 2000, Pemerintah Kota Tokyo menghibahkan KRL Toei seri 6000 kepada pemerintah Indonesia. Ini merupakan salah satu kereta legendaris, gara-gara merupakan KRL berpendingin (AC) eks-Jepang pertama yang beroperasi di Indonesia. Kereta ini terhitung menandai dimulainya era modernisasi KRL Jabotabek.

KRL Toei seri 6000 telah beroperasi di Jepang sejak 1968. Sebenarnya, Jepang memastikan umur layak menggunakan kereta produksinya sepanjang 50 tahun. Namun, baru 32 tahun beroperasi, Jepang mempensiunkan kereta jenis ini dan menggantinya bersama yang baru. Daripada dibuang, Pemerintah Jepang pun menghibahkan kereta lamanya kepada Indonesia.

 Saat itu Indonesia sebenarnya butuh tambahan rangkaian kereta. Jumlah penumpang sudah terlampau banyak dan kereta yang tersedia sudah tidak sanggup menampung. Bahkan, banyak penumpang yang duduk di atap rangkaian kereta dan di tempat masinis, dikarenakan saking padatnya penumpang di dalam gerbong. 

Pada 2000 kereta hibah ini didatangkan ke Indonesia sebanyak 72 unit. Kereta ini dioperasikan di jalan Jabotabek, yang awalannya untuk kereta ekspres. Cukup awet, kereta tua ini sanggup beroperasi hingga belasan th. di Indonesia. September 2016 seluruh kereta hibah ini pensiun. Meski tak ulang mendapat hibah, KAI justru membeli kereta bekas dari Jepang.

 Jadi setelah mengetahui alasan impor kereta bekas dari Jepang, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!