Pemerintah dan Bank Indonesia Kompak Narasikan Inflasi Terkendali Jelang Ramadan
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa bukuan inflasi 5,51 persen di akhir 2022 lebih rendah dari forecast pemerintah yang sebesar 6,5 persen.

Menurut Airlangga, torehan itu merupakan hasil kerja bersama Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) serta berbagai elemen terkait.

“TPIP dan TPID akan melaksanakan agenda strategis mencapai target inflasi 2023, terutama menghadapi hari besar keagamaan nasional, yaitu Ramadan serta Idulfitri,” ujarnya di Jakarta Senin, 20 Februari.

Airlangga mengungkapkan, pemerintah berupaya mencapai target 3 persen plus minus 1 persen pada 2023 guna memperkuat dan menjaga stabilitas makro ekonomi serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Pemerintah memastikan ketersedian beras dan pangan serta target untuk mencapai inflasi volatile food 3-5 persen tahun ini,” tuturnya.

Senada dengan Menko Airlangga, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut inflasi Indonesia yang terus turun menjadi 5,28 persen di Januari lalu memberi sinyal positif tersendiri.

Pasalnya, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan sejumah negara yang masih berada di level dua digit.

“Beberapa negara tingkat inflasinya menyentuh angka 50 persen,” kata dia.

Sri Mulyani menyatakan, APBN berkomitmen mendukung upaya stabilisasi demi meredam gejolak harga yang biasa timbul pada saat Ramadan.

“Dukungan fiskal melalui APBN terus dijaga. Anggaran sebesar Rp104,2 triliun disalurkan melalui beragam kementerian/lembaga untuk memastikan ketahanan pangan. Selain itu, akselerasi implementasi lumbung pangan, perluasan kerja sama antar daerah, serta pengelolaan data ketersediaan pangan menjadi beberapa langkah pemerintah untuk menjaga ketersediaan pasokan,” tegasnya.

Sebelumnya, narasi inflasi yang terus merebah disuarakan oleh Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa penurunan inflasi merupakan dampak positif kebijakan moneter yang bersifat front loaded, pre-emptive, dan forward looking alias berhubungan dengan kenaikan suku bunga.

“Inflasi turun lebih cepat dan lebih rendah dari perkiraan kami,” ucap bos bank sentral kepada wartawan.

Perry menyampaikan jika inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan kembali ke level normal 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023 mendatang.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut,” kata Perry.