Kemenhub: Progres Kereta Cepat Sudah 84 Persen, Tinggal Bagian Tersulit
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah menargetkan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mulai beroperasi pada Juli mendatang. Saat ini, progres proyek tersebut sudah 84 persen.

Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati mengatakan, sisa proyek yang saat ini dikerjakan adalah bagian tersulit. Salah satunya terkait frekuensi.

“Dan kalau bicara dari progres, KCIC melaporkan sudah sekitar 84 persen dan harapanya bisa on the track dan sekian persen sisanya itu memang paling challenging karena itu kaitannya dengan masalah integrasi. Termasuk persinyalan dan frekuensi,” katanya kepada wartawan, Rabu, 15 Februari.

Sekadar informasi, Kementerian Perhubungan sudah melakukan kerja sama dengan dua perusahaan konsultan asal Inggris yakni, The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia untuk memastikan kesiapan operasional LRT Jabodetabek hingga KCJB pada bulan lalu.

Adita menjelaskan, dua perusahaan konsultan asal Inggris ini juga akan membantu proses pengerjaan bagian tersulit dari proyek KCJB tersebut.

“Kita minta konsultasi yang kaitannya dengan teknis operasional termasuk dalam hal ini soal persinyalan, dan segala macam yang memang selama ini kita belum punya pengalaman di dalam negeri dan itu yang kita lakukan,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan alasan memilih perusahaan Inggris.

Kata dia, hal ini karena negara tersebut memiliki pengalaman yang baik dalam membangun infrastruktur perkeretaapian dengan berbagai teknologi dan inovasinya.

“Pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki dapat kita manfaatkan untuk melakukan transfer knowledge dan alih teknologi di bidang perkeretaapian,” tuturnya dalam keterangan resmi, Senin, 16 Januari.

Kedua proyek, baik LRT Jabodebek maupun Kereta Cepat Jakarta-Bandung sama-sama menggunakan teknologi yang tinggi.

LRT Jabodebek dikembangkan dengan Communication-Based Train Control (CBTC) dan sistem Grade of Automation (GoA) level 3, yang memungkinkan LRT Jabodebek dioperasikan tanpa masinis.

Sementara itu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) menggunakan teknologi GSM-R yang merupakan pertama kalinya digunakan di Indonesia.

Kata Budi, kerja sama antara Indonesia dan Inggris khususnya di sektor transportasi sudah terjalin dengan baik. Salah satunya yaitu pengembangan proyek MRT Jakarta melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang dilakukan pada 2022 lalu.

“Dengan adanya kerja sama konsultasi praoperasional LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, diharapkan akan semakin memperkuat hubungan kerja sama antara kedua negara,” ucapnya.

Budi mengatakan, Inggris merupakan salah satu negara yang memiliki pengalaman yang baik dalam membangun infrastruktur perkeretaapian dengan berbagai teknologi dan inovasinya.

“Pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki dapat kita manfaatkan untuk melakukan transfer knowledge dan alih teknologi di bidang perkeretaapian,” tuturnya.

Kedua proyek, baik LRT Jabodebek maupun Kereta Cepat Jakarta-Bandung sama-sama menggunakan teknologi yang tinggi. LRT Jabodebek dikembangkan dengan Communication-Based Train Control (CBTC) dan sistem Grade of Automation (GoA) level 3, yang memungkinkan LRT Jabodebek dioperasikan tanpa masinis.

Sementara itu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) menggunakan teknologi GSM-R yang merupakan pertama kalinya digunakan di Indonesia.

Kata Budi, kerja sama antara Indonesia dan Inggris khususnya di sektor transportasi sudah terjalin dengan baik.

Salah satunya yaitu pengembangan proyek MRT Jakarta melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang dilakukan pada 2022 lalu.

“Dengan adanya kerja sama konsultasi praoperasional LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, diharapkan akan semakin memperkuat hubungan kerja sama antara kedua negara,” ucapnya.