Dirut PLN Lapor Telah Berhasil Turunkan Utang Hingga Rp41 Triliun Sejak 2020
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo. (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo melaporkan, sepanjang tahun 2022 PLN berhasil menurunkan beban bunga hingga Rp7 triliun dari saldo tahun 2020, dan menurunkan saldo utang hingga Rp41 triliun dari saldo 2020 serta meningkatkan rasio debt service coverage ration (DSCR) menjadi 1,97 kali di tahun 2022.

"Kami membayar utang dari tahun 2020 sampai 2023 ini sebesar Rp62,5 triliun dan ini menurunkan saldo utang hingga Rp41 triliun dibanding 2020," ujar Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu 15 Februari.

Darmawan juga melaporkan, jika PLN berhasil meningkatkan revenue dan dalam proses menigkatkan revenue ini diiringi dengan pengurangan cost.

Ia menjabarkan, PLN juga berhasil memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex) yang tadinya sebesar Rp70 triliun menjadi Rp57 triliun.

Darmawan bilang, hal ini dilakukan melalui penundaan ekspansi aset yang belum dibutuhkan.

"Aset ketenagalistrikan kita yang di mana aset yang masih belum dibutuhkan kita tunda. Akibatnya capex bsa kita kurangi dari Rp70 triliun menjadi hanya Rp57 triliun," beber Darmawan.

Ia menambahkan, adanya kenaikan revenue diiringi dengan pengurangan investasi, pengurangan capex dan dilanjutkan dengan pengurangan anggaran operasional atau Opex.

"Ini dampaknya terlihat sekali debt service coverage ratio kita yaitu operating cash flow dibanding pembayaran pokok dan bunga itu bisa naik dari 1,41 menjadi 1,97 dalam hal ini kami juga melakukan sentralisasi pelaksanaan secara end to end begitu ada demand dinamikanya tambah atau berkurang kami langsung melakukan adjustment," lanjut Darmawan.

Dia mengatakan, perusahaan juga melakukan sejumlah inisiatif pengelolaan keuangan seperti proactive debt management yakni mempercepat pembayaran utang yang sudah jatuh tempo dengan catatan bunga bisa dikurangi.

"Kami juga melakukan cash war room, kami mempunyai visibility baik itu revenue maupun spending baik itu jangka pendek, menengah atau jangka panjang sehingga kami secara akurat bisa merancang baik itu penambahan pendapatan kita juga pegelolaan dari pengeluaran kita yaitu cashflow menjadi lebih kencang dengan pengendalian likuiditas," pungkas Darmawan.