Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mewanti-wanti perajin tahun tempe tidak dipolitisasi terkait importasi kedelai. Pasalnya, saat ini Indonesia masuk tahun politik.

Buwas sapaan akrab Budi Waseso mengaku khawatir bila pihak tertentu memanfaatkan para perajin tahu tempe untuk kepentingan politik dan bisnisnya semata.

“Ini tahun politik, jangan sampai perajin tahu tempe digulirkan untuk kepentingan-kepentingan politik, jangan,” kata Buwas saat ditemui d Kantor Pusat Bulog, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 2 Februari.

Kata Buwas, dirinya ingin memenuhi kebutuhan para industri kecil tersebut melalui suplai kedelai impor dengan harga yang murah.

Namun, Buwas mengaku langkah itu cukup berat lantaran ada pihak yang tersinggung. Hal ini disebabkan adanya praktik kartel terkait kedelai.

Bahkan, Buwas mengaku Bulog akan menerima ancaman bila aksi korporasi itu dilakukan.

“Justru itu saya ingin memenuhi ini, sudah lama saya ingin memenuhi itu. Tapi pasti ada yang nggak nyaman,” ucapnya.

Seperti diketahui, Bulog menerima penugasan dari pemerintah untuk mendatangkan 350.000 ton kedelai. Namun komitmen yang diperoleh perusahaan yakni 500.000 ton lebih kedelai.

Buwas mengatakan 500.000 ton kedelai itu bisa didatangkan secara bertahap. Setiap bulannya, kata Buwas, akan ada 50.000 hingga 100.000 ton kedelai yang disuplai ke Indonesia.

Meksi begitu, Buwas enggan membocorkan nama negara yang menjadi mitra Bulog. Alasannya, kata Buwas, Bulog akan dipersulit, bila nama negara diketahui pesaing.

“Saya tidak mau sebut nama negaranya, kalau saya sebutin negaranya di kunci lagi, nanti dipersulit lagi. Karena ini sudah melakukan kartel gitu lho, jadi enggak mudah, saya bilang” ucapnya.