Diselimuti Banyak Sentimen Positif, IHSG Kamis Diprediksi Menguat
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Kamis 2 Februari, setelah kemarin ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.862,25.

Sepanjang perdagagan kemarin, IHSG bergerak dari posisi terendah di 6.850 sampai tertinggi di 6.893. Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan wajar jika IHSG agak "grogi" bergerak di area resistance 6.900.

"Tapi sungguh nyata IHSG mati-matian bertahan di support MA10 dan MA50, persis di angka 6.839 titik closing kemarin. Rasanya pelaku pasar minggu ini cenderung wait and see berhubung banyak faktor data makroekonomi yang ditunggu,” jelasnya dalam keterangan tertulis.

Beberapa data yang dinantikan pelaku pasar di antaranya pengumuman data inflasi Januari Indonesia, hasil keputusan FOMC meeting nanti malam dan komentar Jerome Powell terkait kenaikan suku bunga, serta keputusan Bank Sentral Eropa dan Inggris Kamis besok beserta plus statement para pejabatnya.

Selain itu, ditutup dengan data payroll US pada Jumat karena data ketenagakerjaan ini besar pengaruhnya untuk para pejabat The Fed dalam tentukan arah kebijakan moneter ke depannya.

BACA JUGA:


- https://voi.id/ekonomi/240408/kilas-balik-kebijakan-moneter-2022-era-suku-bunga-rendah-berakhir-saatnya-menanti-penurunan-inflasi

- https://voi.id/ekonomi/240491/banyak-peminat-beli-sukuk-ritel-pada-2022-lebih-sulit-dari-beli-tiket-blackpink

- https://voi.id/ekonomi/240341/ekspor-capai-rp88-9-triliun-neraca-dagang-perikanan-surplus-5-miliar-dolar-as

[/see_also

"Inflow asing masih agak gamang walau sudah terdeteksi mulai masuk, sayangnya lebih banyak porsi masuk ke SBN ketimbang pasar saham," kata Liza.

Liza menyebutkan, para fund managers diperkirakan akan mulai lebih "risk-on" alias lebih punya minat ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham, di negara berkembang seperti Indonesia, jika perlambatan ekonomi mulai terukur. Misalnya, kenaikan suku bunga berjilid-jilid ini mulai menampakkan efeknya inflasi melandai, pasar tenaga kerja terkontraksi, dan payroll turun.

"Sedikit resesi perlu terlihat dan soft-landing inilah yang diharapkan oleh Federal Reserve untuk kemudian mereka boleh mengerem laju kenaikan suku bunga, walau berhenti naik apalagi pivot itu masih kurang realistis jika diharapkan terjadi pada 2023," ungkapnya.