JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa komoditas beras menjadi penyumbang utama inflasi Januari 2023 dengan kontribusi sebesar 0,07 persen dari keseluruhan inflasi IHK 0,34 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan inflasi beras pada Januari 2023 adalah sebesar 2,34 persen atau lebih tinggi dari Desember 2022 yang sebesar 2,30 persen.
“Kalau dibandingkan dengan Januari 2022 mengalami kenaikan. Saat itu inflasi beras hanya 0,94 persen dengan andil sebesar 0,03 persen,” ujarnya ketika menggelar jumpa pers pada Rabu, 1 Februari.
Menurut Margo, inflasi beras dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi di pasaran. Dia melaporkan jika harga beras grosir naik 2,51 persen dari Rp11.363/kg di Desember 2022 menjadi Rp11.648/kg di Januari 2023.
Demikian juga harga beras pada tingkat eceran yang naik 2,34 persen menjadi Rp10.970/kg di Januari 2023 dari sebelumnya Rp10.604/kg di Desember 2022.
“Penguatan harga juga terjadi pada gabah kering panen dan gabah kering giling,” tuturnya.
BACA JUGA:
Margo menambahkan, terdapat sejumlah faktor yang membuat harga bahan pangan pokok itu terkerek di awal tahun.
“Kenaikan harga tahun ini yang jauh lebih tinggi dari tahun lalu disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat, seperti upah buruh dan juga dampak kenaikan harga BBM,” kata dia.
Selain komoditas beras, komoditas yang turut memiliki andil besar dalam Inflasi bulan lalu adalah cabai merah, ikan segar, cabai rawit, dan rokok kretek filter.
Dalam pemberitaan redaksi sebelumnya, cadangan beras bulog Desember 2022 yang lalu hanya sekitar 400.000 ton. Jumlah itu jauh di bawah target cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 1,2 juta ton.
Alhasil, pemerintah akhirnya memberikan lampu hijau kepada Bulog untuk mengimpor beras medium sebanyak 500.000 ton di tahun ini.