JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan, kerja sama ekonomi Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia atau Eurasian Economic Union (EAEU) harus dipererat.
Karena itu, persetujuan perdagangan bebas (FTA) kedua negara harus diselesaikan.
Hal ini disampaikan Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan pada pertemuan dengan Anggota Dewan-Menteri Integrasi dan Ekonomi Makro Komisi Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Commission/EEC) Sergei Glazyev di Jakarta, pada Jumat, 27 Januari.
“Saya menyampaikan selamat kepada Indonesia dan anggota EAEU atas peluncuran Perundingan IEAEU-FTA di bulan Desember lalu. Peluncuran perundingan FTA Indonesia-EAEU merupakan momentum bersejarah untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 27 Januari.
Sebelumnya, perundingan IEAEU-FTA diluncurkan secara resmi oleh Menteri Perdagangan RI dan Anggota Dewan Menteri Perdagangan EAEU pada 5 Desember 2022 lalu secara daring. Saat ini kedua pihak masih menyusun draf kerangka acuan perundingan IEAEU-FTA.
Adapun perundingan putaran pertama direncanakan dilaksanakan pada kuartal pertama 2023, yaitu di bulan Maret atau April tahun ini dan ditargetkan dapat diselesaikan dalam waktu dua tahun.
Beberapa cakupan isu perundingan dalam IEAEU-FTA meliputi perdagangan barang, aturan asal barang (rules of origin), pengamanan perdagangan (trade remedies) prosedur kepabeanan fasilitasi perdagangan (customs procedure and trade facilitation), sanitasi dan fitosanitasi, hak kekayaan intelektual, hambatan teknis untuk perdagangan, persaingan usaha, serta perdagangan digital.
Pada pertemuan tersebut, kedua menteri juga membahas Indonesia-EEC Joint Working Group (JWG).
Zulhas menyampaikan, Indonesia dan EEC memiliki Nota Kerja Sama untuk membentuk JWG sebagai forum diskusi tentang kerja sama teknis dalam rangka peningkatan perdagangan dan investasi.
“Indonesia menyambut baik berbagai inisiatif dalam rangka mengoptimalkan potensi hubungan ekonomi bilateral, sangat penting bagi kedua pihak untuk menyelesaikan perundingan secepatnya,” ujar Zulhas.
Sekadar informasi, Nota Kerja Sama atau Memorandum of Cooperation (MoC) telah ditandatangani pada 17 Oktober 2019 di sela sela Trade Expo Indonesia.
Nota kerja sama tersebut akan dijadikan landasan untuk memulai kerja sama teknis di berbagai bidang guna meningkatkan perdagangan dan investasi serta mengurangi hambatan di antara kedua pihak.
Sementara Menteri Sergei mengungkapkan, meskipun hubungan perdagangan bilateral sudah cukup baik namun masih terdapat ruang untuk ditingkatkan.
“Perjanjian FTA dan diskusi kerja sama teknis di bawah Nota Kerja Sama diharapkan dapat mendorong arus perdagangan dan investasi dua arah,” ujarnya.
Sebagai informasi, pada periode Januari-November 2022, total perdagangan Indonesia dan EAEU mencapai 4,0 miliar dolar AS atau naik 32,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara pada 2021, perdagangan kedua negara tercatat sebesar 3,33 miliar dolar AS.
Pada periode ini, ekspor Indonesia ke EAEU tercatat sebesar 1,52 miliar dolar AS sedangkan impor Indonesia dari EAEU tercatat sebesar 1,82 miliar dolar AS.
Ekspor utama Indonesia ke EAEU di antaranya minyak kelapa sawit, minyak kelapa kopra, karet alam balata, alas kaki kulit, serta margarin.
BACA JUGA:
Sementara impor Indonesia dari EAEU di antaranya pupuk mineral/kimia (kalium), produk setengah jadi besi baja, paduan fero, batu bara briket, dan pupuk mineral/kimia (nitrogen).
Pada 2021 EAEU menempati posisi ke-30 sebagai sumber investasi asing langsung (FDI) Indonesia dengan nilai investasi 23,2 juta dolar AS yang terdiri dari 214 proyek.
Nilai ini meningkat 404,49 persen dibanding tahun 2020 yang tercatat sebesar 4,6 juta dolar AS.