Bos Bank Terbesar Se-Indonesia: Penyebab Orang Miskin Makin Miskin adalah Sakit
Dirut BRI Sunarso (Foto: Tangkap layar Youtube BRI)

Bagikan:

JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso menyoroti pentingnya skema jaminan kesehatan bagi masyarakat secara menyeluruh.

Menurut dia, hal ini penting untuk memberi perlindungan, utamanya kepada kelompok bawah, agar dapat terus menjalankan aktivitas produktif.

Concern ini sejalan dengan strategi bisnis BRI yang sebagian besar menyasar segmen small medium enterprise dan juga nasabah kategori akar rumput.

Sunarso menjelaskan, sektor kesehatan menjadi ancaman yang cukup serius bagi kalangan masyarakat bawah.

Sebagai analogi, dia menerangkan, seorang kepala keluarga dengan modal Rp500.000 membeli ikan di tempat pelelangan.

Ikan tersebut kemudian dijual kembali dengan cara berkeliling kawasan sehingga memperoleh pendapatan Rp1 juta dalam satu hari.

“Orang ini sebenarnya cukup rentan dari sisi ekonomi. Kenapa? Karena kalau dia sakit maka dia tidak bisa pergi membeli ikan, kemudian menjual ikan dan hilanglah margin hari itu. Ini adalah contoh nyata yang kami ambil dari pasar yang ada di Makassar,” ujarnya ketika berbicara di forum BRI Microfinance Outlook 2023, Kamis, 26 Januari.

Di samping itu, lanjut Sunarso, orang tersebut mesti ke doktor untuk memeriksakan kesehatannya dan harus membayar biaya pengobatan.

“Jadi jelas yang penyebab orang miskin makin miskin adalah sakit,” tuturnya.

Untuk itu, Sunarso mendukung penuh upaya pemerintah dalam menyediakan skema jaring pengaman sosial yang selaras dengan kebijakan ekonomi.

“Maka perlu disusun kebijakan-kebijakan yang bertujuan menanggulangi masalah kesehatan yang sejalan dengan langkah penguatan ekonomi,” tegas dia.

Sebagai informasi, BRI merupakan bank terbesar di Indonesia berdasarkan valuasi aset yang dimiliki.

Lembaga jasa keuangan milik pemerintah itu berhasil menduduki peringkat satu berkat pemilihan segmen pasar mikro.

Sampai dengan kuartal III 2022, BRI mampu mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp39,3 triliun atau melesat 106 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021 (year on year/yoy).

Sementara itu, aset perseroan diketahui tumbuh 4 persen menjadi Rp1.684,6 triliun.

Di sisi intermediasi, emiten berkode saham BBRI tersebut sukses menggelontorkan kredit sebesar Rp.1.111,4 triliun atau tumbuh 7,9 persen.

Secara terperinci, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,8 persen dari Rp.852,1 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp.935,8 triliun di akhir September 2022.

Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,2 persen.