Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis dan merangkum data orang miskin di Indonesia yang didasari oleh Survei Ekonomi Nasional yang melibatkan berbagai instrumen penelitian.

Melalui artikel ini, VOI akan menampilkan data-data tersebut ke dalam sebuah rangkuman jurnalistik agar dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang. Berikut data lengkapnya.

Data Orang Miskin di Indonesia Menurut Riset BPS

Profil Kemiskinan di Indonesia
Profil Kemiskinan di Indonesia (Foto- Rilis BPS)

BPS dalam menentukan angka kemiskinan di Indonesia menggunakan metode basic needs approach atau konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Berdasarkan metode yang digunakan BPS tersebut, kemiskinan di Indonesia dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.

Garis kemiskinan makanan sendiri merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan atau setara dengan 2100 kalori per kapita setiap harinya.

Kemudian garis kemiskinan bukan makanan merupakan nilai minimum pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, serta berbagai kebutuhan pokok (bukan makanan) lainnya.

Apa yang Dimaksud dengan Penduduk Miskin di Indonesia?

BPS menjelaskan pengertian penduduk miskin adalah mereka yang yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita (per bulan) di bawah Garis Kemiskinan.

Metode yang dipakai BPS tersebut sudah dipakai sejak tahun 1998. Kemudian, agar hasil penghitungan konsisten, maka metode yang digunakan adalah apple to apple atau berbanding dari waktu ke waktu.

Beberapa Faktor-Faktor Kemiskinan di Indonesia

Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi kemiskinan di Indonesia selama periode 2020, sebagaimana yang dilaporkan oleh BPS.

1.     Pandemi COVID-19

Di Indonesia, pandemi COVID-19 mulai memberikan pengaruh di tahun 2020 awal. Pandemi telah memberikan dampak pada perubahan perilaku masyarakat, selain itu aktivitas ekonomi dan pendapatan turut berpengaruh. Dengan demikian pandemi telah menyumbang pada jumlah orang miskin baru di Indonesia.

Akibat pandemi Covid-19, menunjukkan angka kemiskinan di perkotaan meningkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan perdesaan.

Di bulan Maret 2021, Kasus COVID-19 paling banyak terjadi di pulau Jawa dan Bali, sehingga kebanyakan kemiskinan melanda wilayah tersebut dan membuat peningkatan kemiskinan di daerah menjadi tinggi.

2.     Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto (PDB) diketahui melambat.

BPS menjelaskan jika pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Kuartal I 2020 hanya tumbuh 2,84%, angkat tersebut turun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 (sebesar 5,02%).

3.     Terpuruknya Sektor Pariwisata

Pandemi COVID-19 berdampak serius atas total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada bulan Maret 2020.

Penurunan kunjungan wisata tercatat mencatat 64,11 persen jika dibandingkan dengan periode sama pada Maret 2019. Meskipun demikian, penurunan wisata ke Indonesia sudah mulai terdampak pada bulan Februari 2020.

4.     Naiknya Harga Kebutuhan Pokok

Faktor yang berpengaruh pada naiknya angka kemiskinan di Indonesia adalah meroketnya harga kebutuhan pokok. Selama periode September 2019 hingga Maret2020, harga kebutuhan pokok secara nasional mengalami kenaikan.

Beberapa kenaikan tersebut meliputi beberapa kebutuhan pokok seperti beras (naik1,78 persen), daging ayam ras (naik 5,53 persen), minyak goreng (naik 7,06 persen), telur ayam ras (naik11,10 persen) ,dan gula pasir (naik 13,35 persen).

Garis Kemiskinan Indonesia Capai Rp454.652 per Kapita per Bulan

BPS mencatat selama Bulan September 2019 hingga Maret 2020, garis kemiskinan di Indonesia mengalami kenaikan 3,20 persen, atau dari Rp440.538 per kapita (per bulan September 2019) menjadi Rp454.652 per kapita (per bulan pada Maret 2020).

Sementara itu, komoditi makanan berperan terhadap peningkatan garis kemiskinan. Hal tersebut berpengaruh lebih besar jika dibandingkan dengan peranan komoditi bukan makanan.

Beberapa Definisi Kemiskinan Menurut Para Ahli

Menurut Guru Besar Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG, Yulianto Kadji, di dalam tulisannya yang berjudul Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya membahas pengertian kemiskinan menurut beberapa ahli.

1.     Kemiskinan Menurut Louis J. Koetze

Kotze menjelaskan jika masyarakat miskin memiliki kemampuan yang relatif baik untuk mendapatkan sumber dan melalui kesempatan yang ada.

Namun, meskipun datang bantuan dari luar, masyarakat miskin kadang-kadang tidak menggunakannya.

Pendekatan Kotze tersebut dianggap tidak berhasil lantaran tidak pernah ada masyarakat yang dapat hidup dan berkembang apabila terisolasi dari kelompok masyarakat lain. Hal tersebut lantaran isolasi menimbulkan sikap pasif dan membuat semakin miskin.

2.     Supriatna: Kemiskinan adalah Situasi Serba Terbatas

Supriatna (1997:90) kemudian menjelaskan jika kemiskinan merupakan kondisi yang serba terbatas dan dirinya menjelaskan sebagai “yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan”.

Suatu masyarakat disebut miskin apabila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, gizi, dan kesejahteraan hidupnya.

Penyebab kemiskinan di antaranya karena keterbatasan sumber daya manusia. Hal tersebut disebabkan melalui jalur pendidikan formal atau nonformal—yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal.

3.     Lima Karakteristik Penduduk Miskin Menurut Emil Salim

Emil Salim menjelaskan lima karakteristik penduduk miskin. Pertama, tidak memiliki faktor produksi sendiri. Kedua, tidak kemiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

Ketiga, rendahnya tingkat pendidikan. Keempat, masyarakat yang tidak memiliki fasilitas. Kelima, masyarakat yang berusia relatif muda dan tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai.

4.     Bank Dunia

Bank Dunia di depan anggota PBB pada tahun 1990 menjelaskan sebuah laporan yang berjudul Poverty and Human Development, berikut kutipannya:

The case for human development is not only or even primarily an economic one. Less hunger, fewer child death, and better change of primary education are almost universally accepted as important ends in themselves.

Arti dari kutipan tersebut adalah “pembangunan manusia tidak hanya diutamakan pada aspek ekonomi, namun yang lebih penting adalah mengutamakan aspek pendidikan yang ditujukan secara universal bagi kepentingan diri orang miskin untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonominya”.

5.     Booth & Me Cawley

Booth dan Me Cawley menjelaskan jika banyak negara yang mengukur tingkat kesejahteraan masyarakatnya melalui pendapatan perkapitanya. Akan tetapi hal tersebut hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakatnya.

Metode tersebut, menurut Booth dan Me Cawley membuat sebagian besar masyarakat miskin kurang mendapatkan manfaat bahkan sangat dirugikan (dalam Moeljarto T, 1993).

Booth dan Me Cawley memaparkan untuk memecahkan masalah kesejahteraan masyarakat, diperlukan kebijaksanaan yang tepat yaitu dengan mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan beserta karakteristiknya terlebih dahulu.

Suatu masyarakat disebut miskin apabila ditandai oleh kekurangan atau ketidakmampuan dalam memenuhi tingkat kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian, kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang mencakup aspek primer dan sekunder.

Pengertian aspek primer adalah miskinnya aset pengetahuan dan keterampilan. Sementara itu aspek sekunder adalah miskinnya jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informal (kekurangan gizi, air, perumahan, kesehatan yang kurang baik, serta rendahnya pendidikan).

6.     Rasio Kebutuhan Fisik Minimum

Zulkifli Husin memaparkan kriteria lain untuk mengukur kemiskinan penduduk yaitu menggunakan metode Rasio Kebutuhan Fisik Minimum (RKFM).  RKFM diasumsikan sebagai kebutuhan fisik (penduduk) minimum sesuai dengan kondisi yang dihadapi pada suatu zaman.

Selain data orang miskin di Indonesia, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!