JAKARTA – Timnas Indonesia bakal melakoni partai semifinal Piala AFF melawan Timnas Vietnam di Stadion Gelora Bung Karno, sore ini, Jumat, 6 Januari. Kedua kesebelasan diketahui memiliki rivalitas yang cukup tinggi selama beberapa tahun terakhir.
Belakangan, Tim Golden Star mencatatkan sejumlah kemajuan di bidang sepak bola dengan beberapa torehan, seperti juara dua kali Piala AFF (2008 dan 2018) hingga menjadi satu-satunya tim Asia Tenggara yang mampu maju ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia.
Tak ayal, Vietnam bukan hanya menjadi saingan sengit Indonesia untuk menggapai prestasi, tetapi juga bagi semua negara di kawasan.
Asal tahu saja, rivalitas RI dan Vietnam bukan hanya terjadi di lapangan hijau. Konon, negeri yang menganut paham komunis itu juga seteru Indonesia dalam mendapatkan investasi di sektor manufaktur.
Malahan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui Indonesia terbilang sulit bersaing dengan Vietnam dalam hal investasi karena berbagai kemudahan yang ditawarkan.
Lantas bagaimana gambaran perekonomian Vietnam saat ini?
Mengutip data yang dilansir oleh Bank Dunia (World Bank), tetangga di Asia Tenggara itu mengalami pertumbuhan tiga kali lipat dari sisi PDB per kapita menjadi 3.700 dolar dalam dekade terakhir. Walau masih di bawah Indonesia yang sekitar 4.291 dolar per kapita, namun negara ini menunjukkan peningkatan yang signifikan.
BACA JUGA:
Disebutkan bahwa sektor manufaktur Vietnam maju pesat dengan meniru skema ekonomi China yang menjadi basis produksi perusahaan-perusahaan raksasa dunia.
“Berkat pondasinya yang kokoh, perekonomian Vietnam terbukti tangguh melewati berbagai krisis, yang terbaru adalah COVID-19. Pertumbuhan PDB melambat menjadi 2,6 persen pada tahun 2021 karena munculnya varian Delta COVID-19 dan diperkirakan akan pulih menjadi 7,2 persen pada tahun 2022 dan 6,7 persen pada tahun 2023,” demikian laporan World Bank, dikutip redaksi pada Jumat, 6 Januari.
Indonesia sendiri pada 2021 membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,69 persen pada 2021, dan diyakini berada di level di atas 5 persen untuk 2022. Sementara estimasi pemerintah di APBN, pertumbuhan ekonomi 2023 bisa menyentuh paling tinggi 5,3 persen.
Meski kuat di sisi manufaktur, Vietnam sudah mulai merasakan perlambatan ekonomi global yang tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang bertengger di angka 46,4 pada November 2022. Ini artinya sektor pengolahan di negara itu berada di zona kontraksi karena berada di bawah level 50.
Sementara RI, diketahui masih nyaman di zona ekspansif selama enam belas bulan berturut-turut dengan bukuan PMI manufaktur 50,9 di November 2022.