JAKARTA – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nawir Messi menyatakan bahwa eskalasi ketegangan di Asia Timur antara China dan Taiwan terus memuncak.
Menurut dia, potensi pecahnya perang sangat mungkin terjadi jika tensi kedua negara tidak kunjung mereda. Malahan, Nawir menduga perang akan pecah pada tahun ini.
“Meskipun Joe Biden (Presiden AS) dan Xin Jinping (Presiden China) sudah bertemu di G20, tapi potensi China menyerang Taiwan tidak tertutup pada pertengahan atau ujung tahun ini,” ujarnya dalam media briefing virtual bertajuk Catatan Awal Ekonomi Tahun 2023 pada Kamis, 5 Januari.
Nawir menambahkan, apabila prediksi itu benar terjadi maka masalah baru akan muncul di tengah ketidakpastian global yang kini terus berlanjut.
“Rumor-rumor ini akan semakin menambah rumitnya perspektif ekonomi global pada sepanjang tahun ini,” tuturnya.
Untuk diketahui, meletusnya perang di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina pada awal 2022 telah menimbulkan disrupsi rantai pasok yang hebat. Hal ini kemudian menyebabkan melambungnya harga sejumlah komoditas penting, utamanya energi dan bahan pangan, yang hingga saat ini masih bertahan di level atas.
BACA JUGA:
Oleh karena itu, dengan perkiraan meletusnya perang antara China dengan Taiwan maka akan mendorong bandrol kebutuhan pokok menjadi semakin tinggi.
Di sisi lain, lonjakan harga komoditas membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Pasalnya, nilai ekspor andalan seperti batu bara dan minyak sawit (crude palm oil/CPO) mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal itu tercermin dari kinerja penerimaan pajak di APBN 2021 dan 2022 yang berhasil melampaui target pemerintah.