Peringatkan Drone di Dekat Pulau Miliknya, Taiwan Tembakkan Suar: Milik China?
Ilustrasi drone China. (Wikimedia Commons/Vitaly V. Kuzmin)

Bagikan:

JAKARTA - Militer Taiwan menembakkan suar pada Hari Kamis untuk memperingatkan sebuah pesawat tak berawak, yang 'melirik' sebuah pulau yang berlokasi strategis dan dijaga ketat, dekat dengan pantai China yang mungkin sedang menyelidiki pertahanannya, kata Kementerian Pertahanan Taiwan.

Kementerian mengatakan pesawat tak berawak itu dua kali 'melirik' ke wilayah udara Pulau Dongyin, bagian dari Kepulauan Matsu di lepas pantai Provinsi Fujian China dan dikendalikan oleh Taiwan sejak berakhirnya perang saudara China pada 1949.

Kementerian menambahkan, tidak mengesampingkan bahwa pesawat tak berawak itu sedang menyelidiki pertahanan pulau itu untuk melihat reaksi apa yang dihasilkannya.

Komando Dongyin menembakkan suar ke drone untuk memperingatkannya, kata kementerian itu, tanpa mengidentifikasinya lebih lanjut.

Terpisah, seorang pejabat senior yang mengetahui perencanaan keamanan di wilayah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa itu adalah drone China, kemungkinan salah satu drone CSC-005 baru negara itu.

Tidak ada komentar langsung dari Kementerian Pertahanan China. Sementara, diketahui ini adalah insiden kedua di dekat Dongyin tahun ini.

Pada Bulan Februari, sebuah pesawat sipil kecil China terbang sangat dekat ke pulau yang sama, di mana Taiwan digambarkan sebagai China mungkin mencoba strategi baru untuk menguji reaksinya. Baca selengkapnya

Taiwan tidak mempublikasikan rincian kehadiran militernya di sana, tetapi Komando Area Dongyin telah berada di garis depan pertahanan Taiwan sejak 1950-an.

Ini adalah wilayah paling utara yang dipegang Taiwan, berada di ujung atas Selat Taiwan, titik tersedak yang harus dilalui oleh setidaknya sebagian dari kekuatan invasi China.

Pakar militer percaya pasukan Dongyin dilengkapi dengan rudal anti-kapal Hsiung Feng II buatan Taiwan serta rudal permukaan-ke-udara Sky Bow II.

Taiwan, yang diklaim oleh China sebagai wilayahnya sendiri, telah mengeluhkan peningkatan manuver militer China selama dua tahun terakhir atau lebih untuk mencoba dan memaksa pemerintah yang terpilih secara demokratis di Taipei untuk menerima kedaulatan Beijing.