Menteri Pertahanan Taiwan Peringatkan akan Mengambil Tindakan Tegas Terhadap Jet Tempur dan Drone China
Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mendampingi Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meninjau kamp militer di Distrik Jinlioujie, Yilan. (Wikimedia Commons/總統府)

Bagikan:

JAKARTA - Jet tempur atau pesawat tak berawak China yang menyusup ke wilayah udara teritorial Taiwan akan dianggap sebagai 'serangan pertama, kata Menteri Pertahanan negara itu.

Itu disampaikan oleh Chiu Kuo-cheng saat berbicara di hadapan anggota Komite Pertahanan Luar Negeri dan Nasional Legislatif, tentang ancaman yang ditimbulkan oleh serentetan tindakan eskalasi China baru-baru ini, dengan pesawat tempur dan drone Beijing terbang dengan Taiwan.

Namun, Chiu tidak merinci bagaimana Taipei akan merespons jika pesawat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China melanggar batas teritorial, yang didefinisikan sebagai 12 mil laut (22,2 kilometer) dari pantai pulau itu.

"Di masa lalu, kami mengatakan kami tidak akan menjadi yang pertama menyerang, yang berarti kami tidak akan menembakkan tembakan pertama tanpa (China) menembakkan peluru artileri atau rudal terlebih dahulu," terang Chiu Kuo-cheng, mengutip CNN 6 Oktober.

"Tapi sekarang definisinya jelas berubah, karena China menggunakan sarana seperti drone. Jadi kami telah menyesuaikan, dan akan melihat setiap penyeberangan entitas udara (ke wilayah udara teritorial Taiwan) sebagai serangan pertama," tandasnya.

Awal tahun ini, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, militer pulau itu akan mengambil "tindakan balasan yang diperlukan dan kuat yang sesuai" terhadap apa yang disebutnya taktik perang zona abu-abu China, termasuk 'pelecehan drone'.

"Kami tidak akan memberi China dalih untuk menciptakan konflik. Kami tidak akan memprovokasi perselisihan dan kami akan menahan diri, namun itu tidak berarti kami tidak akan melawan," ujar Presiden Tsai.

Diketahui, Taiwan terletak kurang dari 110 mil (177 kilometer) di lepas pantai China. Selama lebih dari 70 tahun kedua belah pihak telah diperintah secara terpisah, tetapi itu tidak menghentikan Partai Komunis China yang berkuasa untuk mengklaim pulau itu sebagai miliknya, meskipun tidak pernah mengendalikannya.

Ketegangan antara Beijing dan Taipei berada pada level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir, dengan militer China mengadakan latihan militer besar di dekat pulau itu.

Menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus, China meningkatkan taktik tekanan militer di pulau itu, mengirim jet tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan, perairan yang memisahkan Taiwan dan China.

Selama beberapa dekade, garis tengah telah berfungsi sebagai garis demarkasi informal antara keduanya, dengan serangan militer yang jarang terjadi.