Bagikan:

YOGYAKARTA – Pemerintah baru saja menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax dari Rp13.900 menjadi Rp12.800 per liter atau turun Rp1.100 per liter.

Hanya saja, penurunan ini tidak berlaku untuk BBM bersubsidi jenis Pertalite. Lantas, berapa harga keekonomian Pertalite?

Menghitung Harga Keekonomian Pertalite

Menghitung harga keekonomian bensin bisa dilakukan dengan formula Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.

Menyadur Lampiran Kepmen ESDM No.62 Tahun 2020, perhitungan harga Keekonomian Pertalite atau jenis Bensin RON 90, didasarkan pada harga publikasi MOPS atau Argus jenis Mogas 92 dengan formula 99,21 persen kali MOPS atau Argus Mogas 92.

Sementara perhitungan harga keekonian Bensin di bawah RON 95 dan jenis Minyak Solar ON 48 bisa dilakukan dengan rumus berikut:

Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus + Rp1.8OO/liter + Margin (10 persen dari harga dasar).

Dikutip dari CNBC Indonesia, apabila harga rata-rata Mogas 92 sebesar 70 dolar AS per barel dengan periode dengan rata-rata kurs yakni Rp15.570 per dolar. Maka harga dasar bensin Pertalite sebesar Rp9.320 per liter.

Harga tersebut belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar 11 persen dan pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.

Jika variabel tersebut dimasukkan, maka harga keekonomian Pertalite saat ini sekitar Rp10.400 per liter.  Artinya dengan harga saat ini subsidi bensin berkisar Rp400 per liter.

Faktor yang Memengaruhi Harga Keekonomian Pertalite

Ilustrasi Pertalite
Ilustrasi Pertalite (Foto: Dok. Antara)

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, harga BBM bersubsidi sangat bergantung pada beberapa komponen yang harus diperhitungankan. Sebab, beririsan langsung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Perhitungan harga keekonomian BBM subsidi seperti Pertalit dan Solar sangat tergantung bukan hanya pada harga minyak mentah dunia, tapi juga asumsi makro yang sudah ditetapkan di dalam UU APBN tahun berjalan.

Asumsi makro yang dimaksud, yakni harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP), kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan volume pemakaian BBM subsidi - baik Pertalite dan Solar.

“Kita melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi terus menguat, tentunya permintaan akan meningkat, sehingga pemerintah berupaya melihat di satu sisi menjaga arah reformasi supaya tetap sasaran," tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita di Jakarta, menyadur Antara, Rabu, 4 Desember 2023.

Rata-rata harga minyak mentah Indonesia pada bulan Desember 2022 berada di level 76,66 dolar AS per barel. Angka tersebut turun ketimbang periode November 2022 yang sebesa 87,50 dolar AS per barel.

Ani sapaan akrab Menkeu menambahkan, pada tahun 2022, APBN bekerja ekstra sebagai shock absorber atau peredam gejolak, agar ekonomi Indonesia tidak terkena imbas dari ketidakpastian ekonomi global.

"APBN tetap jadi shock absorber yang luar biasa untuk subsidi dan kompensasi yang merupakan perlindungan terhadap masyarakat kita karena harga minyak melonjak luar biasa tinggi," ucapnya.

Oleh sebab itu, pemerintah tidak bisa begitu saja menurunkan harga keekonomian Pertalite dan Solar, seperti BBM non subsidi jenis Pertamax yang sudah diturunkan oleh PT Pertamina (Persero).