Sri Mulyani: Kerja Keras APBN Berhasil Lindungi Masyarakat dan Perekonomian
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Tangkap layar Youtube Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa di tengah risiko volatilitas lingkungan global, perekonomian nasional mampu melanjutkan pemulihan yang semakin kuat. Menurut dia, pencapaian ini tidak lepas dari kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah.

Demikian yang disampaikan oleh bendahara negara kepada awak media saat menggelar konferensi pers realisasi APBN 2022 di Jakarta, Selasa 3 Januari.

“Kerja keras APBN selama kurang lebih tiga tahun terakhir telah berhasil menjaga masyarakat dan perekonomian dan terbukti tangguh menghadapi berbagai guncangan dan ancaman ketidakpastian,” ujarnya pada Selasa, 3 Januari.

Menkeu menjelaskan, pemerintah terus mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber dalam meredam gejolak perekonomian global. Kata dia, pelaksanaan APBN 2022 mencatatkan kinerja positif sejalan dengan perekonomian domestik yang membaik, serta semakin terkendalinya pandemi COVID-19.

Menkeu menambahkan, instrumen fiskal dipastikan bakal terus mendukung pencapaian sasaran pembangunan, meredam dampak gejolak ekonomi global, dan menjaga tingkat kesejahteraan masyarakat.

“Kinerja APBN yang baik di tahun 2022 dan momentum pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut diharapkan dapat menjadi modal kuat bagi APBN dalam menjalankan fungsinya di tengah ketidakpastian ekonomi di tahun 2023,” tegas dia.

Kinerja moncer instrumen fiskal tercermin dari laporan pendapatan negara di APBN 2022 (unaudited) mencapai Rp2.626,4 triliun. Jumlah itu berhasil menembus 115,9 persen dari target Rp2.266,2 triliun sesuai Perpres 98/2022.

Atas torehan ini, defisit APBN 2022 berhasil ditekan menjadi Rp464,3 triliun atau setara 2,38 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sebelumnya, defisit anggaran diperkirakan bakal mencapai Rp840,2 triliun atau 4,5 persen PDB.

Asal tahu saja, dalam tiga tahun terakhir APBN telah bekerja ekstra keras dengan pelebaran defisit di atas 3 persen. Adapun mulai 2023, APBN kembali disehatkan dengan defisit kembali ke level normal di bawah 3 persen.