Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat di hari pertama perdagangan 2023 karena January Effect, meskipun pada Desember 2022, IHSG ditutup melemah 2,41 persen.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM dalam risetnya, dikutip Senin 2 Januari memperkirakan investor akan mencermati saham-saham dari beberapa sektor pada Januari 2023. Beberapa di antaranya adalah konstruksi, serta saham-saham berkapitalisasi besar dari sektor perbankan dan konsumer.

"Kemungkinan besar investor akan memperhatikan beberapa sektor dari konstruksi dan saham-saham big cap perbankan serta konsumer," kata Roger.

Sementara Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani pelemahan IHSG selama Desember 2022 dipicu oleh penurunan beberapa saham big cap.

Pelemahan juga terjadi pada sektor-sektor yang cenderung kondusif seperti perbankan. Sektor tersebut tercatat turun 6,26 persen selama Desember 2022.

"Contohnya pelemahan pada empat emiten perbankan top 4 dan saham blue chip energi seperti ADRO dan BYAN," kata Arjun.

Seperti misalnya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 8,06 persen selama Desember 2022 dan parkir di Rp8.550 per saham, dari posisi Rp9.300 pada akhir November 2022. Tren penurunan serupa terlihat pada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang melemah 0,80 persen.

"Saham perbankan top 4 mencapai harga all time high di awal pekan Desember 2022 dan setelah itu investor mulai profit taking dan sahamnya mengalami koreksi harga. Ini salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan IHSG pada Desember 2022," jelasnya.

Arjun mengatakan saham-saham berkapitalisasi besar dari sektor perbankan dan energi berpeluang mengalami penguatan di Januari 2022, didukung oleh fundamental yang kuat. Saham di sektor energi seperti PGAS dan BYAN dia sebut bisa menjadi opsi investor karena memiliki valuasi yang cenderung murah dibandingkan dengan rata-rata valuasi emiten lain di sektor tersebut.

"Kalau kita lihat saham energi seperti ADRO dan PGAS juga mengalami koreksi bulan ini. Dan menurut saya semua ini bisa mengalami rebound pada Januari karena fundamentalnya untuk emiten tersebut solid. Mereka juga masih undervalued dibandingkan dengan emiten rata-rata di sektor mereka," katanya.