Bagikan:

AKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan kegiatan yang masif dan agresif demi mencapai target jangka pendek berupa produksi 660 ribu BOPD minyak dan 6160 MMSCFD gas di tahun 2023 serta menyelaraskan dengan target jangka panjang 1 juta BOPD dan 12 ribu MMSCFD di tahun 2030.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, kegiatan pemboran eksplorasi dan eksploitasi pada tahun 2023 diharapkan akan meningkat 15 persen.

"Pada tahun ini outlooknya mencapai 77 sumur sedangkan pada tahun depan akan mencapai 90 sumur," ujar Dwi dalam keterangan kepada media, Rabu 28 Desember.

Dwi menambahkan, saat ini kontribusi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel)  terhadap produksi Nasional yang cukup significant, yaitu sebesar 69 ribu BOPD atau 7 persen untuk minyak dan kondensat dan sebesar 1.827 MMSCFD atau 28 persen untuk gas.

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa SKK Migas sebagai wakil Pemerintah bertugas untuk membantu apa yang bisa dilakukan agar bisa membantu KKKS dalam melaksanakan kegiatan yang massif dan agresif dalam rangka menjaga dan meningkatkan produksi migas nasional.

Adapun saat ini, lanjutnya, pemerintah telah menetapkan target incline setelah dalam jangka panjang mengalami decline. Dwi mengkhawatirkan khususnya pada produk minyak yang banyak impor yang jika jika terus terjadi dan meningkat akan semakin membebani negara.

"Sering kali ada temuan migas, tetapi waktu untuk membuat proyek bisa on stream butuh waktu yang lama. Sesuai arahan Presiden harus melakukan business not usual, hal ini nampak dari kehadiran negara yang telah banyak memberikan insentif agar keekonomian lapangan dapat dipastikan," beber Dwi.

Salah satu kegiatan yang perlu didorong adalah kegiatan eksplorasi yang lebih agresif dengan insentif yang lebih menarik dan bagaimana Plan Of Development (POD) yang sudah disetujui bisa dipercepat serta memastikan semua program dalam Work Program and Budget (WP&B) setiap tahunnya dapat terlaksana tepat waktu.

Untuk area Sumbagsel, kata dia, juga sangat diuntungkan dengan kondisi infrastruktur untuk minyak dan gas yang sangat memadai.

"Sehingga KKKS didorong untuk tidak ragu-ragu dalam melakukan kegiatan penemuan dan pengembangan cadangan migas baru," lanjut Dwi.

Dwi juga mendorong agar ada investasi dan pengolahan lebih lanjut dari rich gas (gas alam basah) yang dapat diolah menjadi LPG di PHE Jambi Merang yang memiliki potensi bisa dijadikan LPG hingga 200.000 ton per tahun.

"Jika investasi untuk pengolahan rich gas menjadi LPG direalisasikan tentu akan memberikan penerimaan negara yang lebih optimal, dan membantu Pemerintah mengurangi impor LPG yang telah membebani negara karena volume dan nilai impor yang tinggi," pungkas Dwi.