JAKARTA - Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mencanangkan tahun 2023 sebagai tahun produksi migas nasional memasuki fase incline.
Untuk itu, SKK Migas mendorong eksplorasi masif dengan menargetkan mengebor 991 sumur di tahun 2023 atau lebih tinggi 30,4 persen dibandingkan realisasi pengeboran sumur tahun lalu.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan, target ini masih terkendala ketiadaan alat bor atau rig.
"Saat ini tidak ada rig yang nganggur. Coba kalau bapak-bapak yang punya ri nganggur dan siap bekerja dan memenuhi standar, kasih tahu ke kita dan saya akan telepon KKKS yang saat ini mencari rig," ujarnya dalam diskusi bersama media yang dikutip Kamis 6 April.
Wahju menambahkan, kondisi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di mana KKKS mengalami kekuranga alat pengebor.
"Jadi kerjaan terlalu banyak dibandingkan industri pendukungnya. Industri pendukungnya masih kekurangan untuk mensuplai kegiatan yang saat ini kita laksanakan. Bagaimana saya selesaikan 991 (pengeboran) kalau alatnya tidak ada," bebernya.
Menurut dia, tantangan dalam pelaksanaan program pengeboran sumur pengembangan tidak hanya terkait ketersediaan rig tetapi juga ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Setiap rig yang beroperasi akan ada ratusan tenaga kerja yang terlibat dan hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi SKK Migas dan KKKS karena sejak tahun 2016 hingga 2020 rata-rata jumlah pengeboran sumur pengembangan dikisaran 200 sumur.
BACA JUGA:
Dengan meningkatnya jumlah pengeboran sumur menjadi 991 di tahun 2023, tentu membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dengan kompetensi dan pengalaman yang mencukupi.
“Tantangan kami untuk memastikan target pengeboran 2023 menjadi sangat kompleks karena membutuhkan ketersediaan SDM yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang mumpuni, sedangkan selama beberapa tahun yang lalu tidak banyak orang yang bekerja di rig. SKK Migas dan KKKS sedang bekerja keras agar HSE bisa tetap diterapkan dengan maksimal agar pelaksanaan kegiatan pengeboran berjalan dengan aman dan lancar," ujar Wahju.
Masifnya pengeboran sumur pengembangan adalah sebagai konsekuensi dari upaya mencapai target 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD). Bahkan kedepannya pengeboran sumur pengembangan harus bisa mencapai diatas 1.000 sumur setiap tahunnya.
“Oleh karenanya, kita saat ini sedang melakukan akselerasi mendorong kemampuan industri penunjang industri hulu migas, termasuk SDMnya sehingga orkestrasi upaya mencapai target 2030 dapat dilaksanakan," imbuh Wahju.