Serap Dana Rp144 Triliun Sejak 2015, Program Biodiesel Hemat Devisa Rp299,65 Triliun dan Beri Nilai Tambah ke Pajak Rp13,14 Triliun
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurachman. (Foto: VOI/Maria Trisnawati)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurachman mengungkapkan, penyaluran dana untuk program biodiesel sejak 2015 hingga 2022 mencapai Rp144,59 triliun. Adapun volume biodiesel yang telah disalurkan mencapai 42,98 juta kiloliter (KL).

Lebih jauh ia menjelaskan, program insentif biodiesel yang telah diimplementasikan sejak tahun 2015 bertujuan untuk menjaga stabilitas harga crude palm oil (CPO), mendorong kemandirian dan ketahanan energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca dan penghematan devisa yang berasal dari berkurangnya impor solar.

Asal tahu saja, dengan penerapan program ini, penghematan devisa yang telah dilakukan BPDPKS mencapai Rp299,65 triliun. Sedangkan dari sisi perpajakan berhasil memberikan nilai tambah sebesar Rp13,14 triliun.

“Pemerintah berhasil secara konsisten mempertahankan penerapan program mandatori biodiesel melalui masa pandemi dan gejolak harga minyak dunia, bahkan di tahun 2022 telah bersiap untuk implementasi B35” kata Eddy di Jakarta, Kamis 22 Desember.

Eddy menambahkan, mulai 1 Januari, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mulai menerapkan biodiesel B35. "Program B35 ini memang wewenang Kementerian ESDM tapi ESDM sudah nyatakan bahwa mulai Januari 2023akan diterapkan B35," lanjutnya.

Sementara itu terkait pengimplementasian B35, dirinya mengatakan pemerintah belum memastikan kapan akan mulai memberlaukan B40 meski sudah melakukan uji jalan atau road test.

"Kami juga memberikan dukungan dalam uji coba road test B40 dan menunjukkan hasil yang cukup baik," imbuh Eddy.

Meski demikian, terkait B40, pihaknya masih akan memperhatikan jumlah produksi biodiesel sebab dengan diberlakukan B40 nantinya pasti membutuhkan minyak sawit dalam jumlah yang cukup besar.

Ia memproyeksikan, dengan berlakunya B40, penyerapan minyak sawit akan meningkat menjadi 15 juta KL sedangkan produksi biodiesel saat ini masih di angka 16 juta.

"Kapasitas produksinya masih dipikirkan. Karena dengan berlakunya B40, volumenya naik kurang lebih 15 juta KL sedangkan kapasitas produksi biodiesel kurang lebih di 16 juta. Pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk 2023 berlakukan B35 dulu sambil dilihat perkembangannya," pungkas Eddy.