Bagikan:

BELITUNG TIMUR - Hilirisasi sektor industri sawit berhasil meningkatkan nilai tambah dalam perekonomian nasional. Industri sawit tercatat menyumbang terhadap penerimaan negara hingga mencapai Rp88,7 triliun sepanjang tahun 2023.

Analis Kebijakan Madya PKPN Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Nursidik Istiawan mengatakan berbagai produk turunan dari Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menunjukkan peningkatan nilai tambah yang signifikan.

Contohnya, sambung Nursidik, minyak goreng memiliki nilai tambah sebesar 1,31 kali lipat dari CPO dasar, margarin sebesar 1,86 kali lipat. Sedangkan, kosmetik mencapai 3,88 kali lipat.

Nursidik mengatakan selain produk-produk tersebut, hilirisasi sawit juga menghasilkan produk lain. Seperti biodiesel (FAME) dengan nilai tambah 1,33 kali, lemak cokelat 1,73 kali, fatty acid 1,88 kali, fatty alcohol 1,60 kali, dan surfaktan dengan nilai tambah 2,66 kali lipat.

“Jadi cukup tinggi peran dari kelapa sawit terhadap industri yang selanjutnya dan ini perlu kita teruskan, gimana caranya agar nilai tambah itu tercipta di dalam perekonomian kita. Sehingga dapat diambil manfaatnya oleh para pelaku industri termasuk industri kelapa sawit itu sendiri,” katanya dalam Press Tour Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, dikutip Rabu, 28 Agustus.

Berdasarkan data yang dipaparkan Nursidik, produksi Sawit digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 42 persen dan ekspor 58 persen.

Nilai ekspor sawit dan turunannya tercatat meningkat yang semula 16,8 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 23,9 miliar dolar AS pada 2023. Data menunjukkan sejak 2011, ekspor produk turunan sawit mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada 2023, hanya 10 persen dari ekspor sawit berupa CPO mentah, sementara 90 persen lainnya merupakan produk turunan yang sudah diolah (refined) dan memiliki nilai tambah lebih tinggi.

“Terlihat ada pergeseran dari tahun 2010 sampai 2023 dimana terjadi pergeseran dari ekspor ataupun produksi sawit yang kemudian bergeser menjadi produksi turunannya ke belakang,” tuturnya.

Industri sawit setorkan Rp88,7 triliun ke kas negara

Berdasarkan data BKF Kemenkeu, nilai produksi sektor sawit diperkirakan mencapai Rp729 triliun. Sektor tersebut menyumbang Rp88,7 triliun terhadap penerimaan negara sepanjang 2023. Rinciannya, pajak menyumbang Rp50,2 triliun, PNBP dari pungutan ekspor sebesar Rp32,4 triliun, dan BK sebesar Rp6,1 triliun.

Nursidik mengatakan bahwa setoran yang masuk ke APBN tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah kepada perkebunan sawit berupa insentif perpajakan pada 2023.

“Ini yang ada impact terhadap penerimaan negara yang terjadi diakibatkan oleh kebijakan,” tutur Nursidik.

Selain itu, sektor sawit juga didorong untuk ketahanan energi. Pemerintah juga telah menerapkan kebijakan mandatori biodiesel sejak 2015, yang dimulai dari B15 dan meningkat menjadi B35 pada tahun 2023.

Adapun kebijakan itu bertujuan untuk menjaga permintaan CPO domestik dengan meningkatkan penyerapan di dalam negeri.

“Kita juga melihat bahwa ada hubungannya dengan program-program energi terbarukan yang dalam hal ini adalah program B35,” ujarnya.