Kepala BKF Febrio Kacaribu: Inflasi November Lebih Rendah dari Perkiraan, Bukti Stabilitas Terus Terjaga
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyambut positif penurunan laju inflasi menjadi 5,42 persen year on year (yoy) di November 2022. Menurut Badan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu, torehan itu menunjukkan stabilitas harga domestik yang tetap dapat dijaga di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi.

“Inflasi November lebih rendah dari prediksi yang kita hitung di internal Kemenkeu. Ini merupakan hasil positif dari bauran kebijakan pengendalian inflasi, terutama komponen inflasi pangan,” ujarnya dalam pernyataan tertulis dikutip Jumat, 2 Desember.

Febrio menjelaskan, keberhasilan tersebut dicapai melalui koordinasi antar otoritas terkait dalam upaya menjaga daya beli masyarakat yang perlu terus diperkuat untuk mendukung pemulihan ekonomi. Kata dia, inflasi inti yang merupakan kontributor terbesar masih bergerak stabil pada 3,3 persen.

“Angka ini mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat di tengah tekanan kenaikan harga. Tren stabil ini terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti sandang, perumahan, perlengkapan rumah tangga, informasi dan komunikasi, yang juga mengindikasikan stabilnya inflasi jasa,” tutur Febrio.

Anak buah Sri Mulyani itu menyampaikan pula jika inflasi pangan bergejolak (volatile food) menurun cukup dalam menjadi 5,7 persen dari yang sebelumnya 7,2 persen di oktober. Penurunan ini didukung oleh deflasi harga aneka cabai. Di sisi lain, harga beras masih melanjutkan tren naik meskipun dengan kenaikan yang mulai melandai.

“Sebagai respons terhadap tren kenaikan harga beras, pemerintah melalui Bulog telah memasok beras di pasar lebih banyak di tengah kendala stok karena produksi beras nasional yang menurun. Penguatan stok nasional terus dilakukan melalui koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), yaitu dengan menghimpun produksi dari daerah-daerah sentra,” terangnya.

Selain beras, sambung dia, terjadi kenaikan harga tahu-tempe seiring dengan naiknya harga kedelai global dan menipisnya stok dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah telah melaksanakan impor kedelai untuk menjaga stabilitas suplai domestik.

“Pemerintah terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momen natal dan tahun baru (nataru) untuk memastikan inflasi semakin terkendali,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Inflasi harga diatur pemerintah (administered price) mengalami penurunan minor menjadi 13 persen dari sebelumnya 13,2 persen didorong oleh normalisasi tarif angkutan udara. Ke depan, pemerintah disebut akan terus berupaya menjaga daya beli masyarakat, dengan mengoptimalkan alokasi APBN dan APBD.

“Penyaluran belanja wajib perlindungan sosial dan belanja tidak terduga (BTT) terus dipercepat untuk mendukung terkendalinya inflasi daerah. Pemerintah pusat dan daerah terus memonitor harga dan stok pangan, serta ketersediaan armada penerbangan dalam mempersiapkan momen natal dan tahun baru sebagai antisipasi tekanan inflasi menjelang akhir tahun,” tutup Febrio.