PMI Manufaktur Indonesia Berada Tipis di Zona Ekspansi 50,3, Kepala BKF: Negara Lain Justru Alami Kontraksi
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur berada di level 50,3 pada November 2022. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan torehan itu membuat sektor produktif Indonesia tetap ekspansif dengan bukuan di atas level 50.

Walau begitu, dia menyoroti capaian November melambat jika dibandingkan dengan Oktober yang bertengger di angka 51,8.

“Pemerintah tetap optimistis permintaan dalam negeri diindikasi masih cukup kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh stabilitas konsumsi dalam negeri hingga saat ini,” ujarnya saat memberikan pernyataan pers, dikutip Jumat

Febrio menyampaikan pula bahwa pembukaan lapangan kerja juga masih ekspansif dan diharapkan dapat konsisten.

“Sektor manufaktur yang masih ekspansif hingga saat ini merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi dalam negeri di tengah kenaikan risiko dan ketidakpastian perekonomian global,” tuturnya.

Menurut Febrio, ekspansi manufaktur Indonesia terjadi di tengah pelemahan PMI manufaktur beberapa negara yang bahkan mulai mengalami kontraksi seperti Vietnam 47,4 (Oktober 50,6) dan Jepang 49,0 (Oktober 50,7).

“Beberapa negara lain juga belum berhasil keluar dari zona kontraksi seperti Myanmar 44,6 (Oktober 45,7) dan Malaysia 47,9 (Oktober 48,7),” tegasnya.

Lebih lanjut, anak buah Sri Mulyani itu mengungkapkan secara keseluruhan, optimisme dunia usaha masih terjaga dengan terus stabilnya kondisi pandemi.

“Ini akan terus kita jaga dengan harapan pemulihan permintaan yang terus menguat meskipun sebagian responden mulai mengantisipasi risiko gejolak ekonomi global,” tutup Kepala BKF Febrio Kacaribu.