Sudah Bekerja Keras Sebagai <i>Shock Absorber</i>, APBN Harus Kembali Sehat Demi Ketahanan Fiskal: Target Defisit di Bawah 3 Persen
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi instrumen keuangan negara.

Menurut dia, selama tiga tahun belakangan ini fiskal telah berperan sebagai shock absorber yang melindungi masyarakat dari berbagai guncangan.

“Setelah bekerja keras dari 2022, APBN harus disehatkan kembali untuk menciptakan ketahanan fiskal,” ujarnya dalam keterangan pers dikutip Kamis, 24 November.

Menurut Suahasil tujuan penyehatan APBN supaya instrumen keuangan negara tersebut bisa selalu siaga sebagai tools penting menghadapi krisis.

“Apa itu menciptakan ketahanan fiskal? Jaga kesehatan APBN. APBN tetap harus dijaga kesehatannya karena APBN itu harus tetap bisa jadi shock absorber. Gimana cara jaga APBN shock absorber itu? Defisitnya dikembalikan seperti dulu, kembali ke bawah 3 persen,” tutur dia.

Suahasil menambahkan, satu pembelajaran lain dari pandemi adalah situasi yang menantang dan tiba-tiba seperti saat itu harus bisa ditangani secara baik di masa depan.

“Kemarin APBN defisitnya melonjak sampai 4 persen bahkan 6 persen. Upaya ini juga mendukung kita untuk terus mengejar pertumbuhan ekonomi yang menjadi sangat-sangat penting,” tegasnya.

Lebih lanjut, wakil Sri Mulyani itu menyampaikan pula jika pemerintah mengoptimalkan momentum pandemi untuk melakukan reformasi struktural, reformasi fiskal, dan mencari sumber-sumber pertumbuhan baru.

Kata dia, di sisi reformasi kebijakan telah diterbitkan regulasi mendasar baru, seperti Undang-undang Cipta kerja, Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), UU Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah (UU HKPD).

Selain itu, pemerintah juga melanjutkan dan menguatkan berbagai macam reformasi dalam penganggaran, pembiayaan, dan membahas Rancangan Undang-Undang Penguatan Sektor Keuangan bersama DPR

“Ini pondasi-pondasi baru, dan pondasi-pondasi ini yang berusaha kita munculkan tapi pada saat yang bersamaan kita tetap cari lagi sumber-sumber pertumbuhan baru pasca pandemi,” imbuhnya.

Suahasil menjelaskan bahwa ada lima poin krusial dalam upaya Indonesia untuk mendorong sumber pertumbuhan baru pasca pandemi, yaitu penggunaan produk dalam negeri, hilirisasi industri SDA bernilai tambah tinggi. Lalu, penggunaan EBT dan transisi ekonomi hijau, pemanfaatan ekonomi digital, serta reformasi sektor keuangan.