JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan kekecewaan terhadap Shell, lantaan cabut dari pengembangan proyek migas Blok Masela. Bahkan, pemerintah dinilai kecolongan dengan hengkangnya Shell.
Wakil Ketua SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menjelaskan, hengkangnya Shell menjadi sebuah pelajaran yang berharga bagi pemerintah.
Seperti diketahui, Shell sudah menyatakan mundur dari proyek pengembangan Blok Masela di Tanimbar, Maluku pada 2020 lalu.
"Kita kecolongan ketika Shell, pada waktu itu kita yang pertama kali bikin dan bagus sekali di Indonesia dalam term on condition fiskalnya, dia enggak menerapkan sampai produksi jadinya gitu," katanya kepada wartawan, di Penang Bistro, Selasa, 15 November.
BACA JUGA:
Fatar menjelaskan pemerintah sangat kecewa dengan langkah Shell. Padahal dengan nama besarnya, kata Fatar, seharusnya perusahaan ini bisa melanjutkan proyeknya di Indonesia, namun justru keluar di tengah jalan.
"Jadi gini, kita harapkan dengan bagusnya term and condition dia Shell kan perusahaan besar itu dijalankan harusnya ya, di tengah jalan dia exit padahal bagus," tuturnya.
Belajar dari kasus Shell, Fatar mengatakan kedepannya SKK Migas dan regulator minyak dan gas lainnya sedang membuat aturan yang memungkinkan perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam suatu proyek tidak bisa keluar begitu saja sebelum produksi berjalan.
"Maksudnya kasih barrier gitu jangan keluar dong. Sampai produksi komersial, nah kita nanti bikin aturan itu. Ke depan kalau dapat insentif sampai produksi selesai kamu nggak boleh keluar," katanya.