JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Norman Albanese untuk bekerja sama dalam memproduksi baterai untuk mobil listrik. Namun, Jokowi meminta produksi dilakukan di Indonesia.
Jokowi mengatakan Indonesia dan Australia dapat bekerja sama untuk menciptakan energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, Australia memiliki lithium sedangkan Indonesia memiliki nikel.
Sekadar informasi, nikel dan lithium merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat baterai mobil listrik.
"Saya hanya menawarkan kepada Perdana Menteri Anthony Albanese di Australia ada lithium, kita (Indonesia) punya nikel, kalau digabung itu bisa jadi baterai mobil listrik," katanya dalam acara G20 Summit, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 14 November.
"Tapi saya minta kepada lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia saja. Kita bersama sama melakukan hilirisasi di Indonesia," sambungnya.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi mengatakan Indonesia memang sedang menggencarkan hilirisasi guna menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
"Penjualan bahan mentah yang kita miliki memang harus kita stop untuk mendapatkan nilai tambah di dalam negeri. Baik yang berkaitan dengan pendapatan untuk negara, baik yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja. Dan sudah kita mulai dengan nikel dalam rangka membangun sebuah ekosistem besar EV battery, baterai listrik untuk mobil listrik," ujarnya
Jokowi juga menawarkan investor dari negara lain untuk sama-sama membangun green economics atau ekonomi hijau. Kata dia, Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang sangat besar.
"Potensi energi baru terbarukan, renewable energy di Indonesia itu sangat besaran ada potensi 434 ribu megawatt (MW), baik dari hydropower, geothermal, solar panel, angin dan tidal wave," kata Jokowi.
Dengan potensi yang besar ini, kata Jokowi, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi para investor dari berbagai negara untuk bekerja sama dalam hal berinvestasi di Indonesia.
BACA JUGA:
"Semuanya ada, ini kesempatan para investor untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia membawa investasi, membawa teknologi karena ini memerlukan uang yang tidak sedikit, untuk bersama sama membangun ekonomi hijau di Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga mengatakan pemerintah Indonesia telah menyiapkan lahan seluas 30 ribu hektare (ha) di Kalimantan Utara untuk Green Industrial Park.
"Yang nantinya saya yakin akan berbondong-bondong investor datang untuk membangun produk-produk hijau dari Indonesia. Karena di dekat kawasan itu ada Sungai Kayan yang bisa memproduksi energi bersih, energi jauh sebesar 13.000 MW yaitu hydropower," jelasnya.