Bagikan:

JAKARTA - PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) berkomitmen untuk mencapai Carbon Neutrality pada 2030 dengan tetap menerapkan konsep Environment, Social, and Governance (ESG).

Wakil Direktur TBS Pandu Sjahrir menyebut komitmen tersebut terangkum dalam program TBS2030 yang terdiri dari 12 gol yang menjadi acuan dan roadmap perusahaan dalam menjalani bisnis, mulai dari level strategis sampai operasional di lapangan.

Melalui komitmen ini, TBS berupaya menunjukkan bahwa faktor sustainability secara langsung terintegrasi dalam model bisnis TBS dan bukan inisiatif terpisah.

TBS juga berkomitmen membawa sustainability ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga mengintegrasikan rasa hormat terhadap lingkungan, kepedulian terhadap sesama, dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab melalui The Stretch Goals yang dibagi dalam tiga dimensi, yakni Thriving Environment (Lingkungan yang Lestari), Empowered People (Masyarakat Berdaya), dan Trusted Partner (Mitra Terpercaya).

"Ini merupakan pengakuan bahwa sustainability sudah menjadi kewajiban perusahaan di era modern ini. TBS2030 merupakan cara TBS untuk turut ambil bagian dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) yang merupakan agenda global dan pemerintah," kata Wakil Direktur TBS Pandu Sjahrir dalam konferensi persnya, Kamis, 10 November.

Pandu menyebut TBS2030 merupakan sebuah roadmap yang jelas, terukur, serta transparan bagi para stakeholder untuk melihat kemajuan perusahaan.

Ia menambahkan, 12 goals yang menjadi acuan dan roadmap dalam menjalankan bisnis tersebut akan membantu perusahaan untuk mencapai Carbon Neutrality dan Fair Transition pada 2030.

"Kami tidak mengklaim memiliki semua jawaban untuk mencapai tujuan tersebut, tetapi kami mencoba terus meningkatkan diri untuk menjadi lebih baik. TBS 2030 adalah cara kami untuk mengambil bagian dalam tujuan global dan mendukung agenda Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero pada 2060," ungkapnya.

Sustainability, kata Pandu, sudah menjadi kewajiban tersendiri bagi perusahaan. Menurutnya, TBS sudah tidak asing dengan konsep sustainability. Transisi model bisnis TBS membuktikan bahwa sustainability sudah menjadi DNA bagi TBS, yang jauh lebih kuat daripada membuat sejumlah program terpisah di bidang lingkungan atau sosial.

"Di era yang serba terbuka dan transparan ini, sudah tidak ada lagi business model B2B atau B2C, yang ada hanyalah H2H (Human to Human), yang berarti semua berhak untuk tahu apakah perusahaan melakukan kegiatan usahanya secara bertanggung jawab. Yang menjadi penting adalah apa kontribusi perusahaan bagi lingkungan, manusia, dan tata kelola di dalamnya," papar dia.

Lebih lanjut, Pandu mengatakan bahwa transisi model bisnis TBS dari awal sampai dengan hari ini sudah berupa batubara, listrik, renewable energy, dan Electric Vehicle (EV), yang mana merupakan salah satu bentuk perusahaan bergerak ke arah yang lebih sustainable.

Sebagai contoh, di sektor kendaraan listrik, TBS memiliki perusahaan joint venture dengan GoTo Group bernama Electrum, yang sudah memiliki lebih dari 250 motor listrik di Jakarta, yang sudah bisa diakses masyarakat melalui aplikasi Gojek, dan sejauh ini sudah menempuh jarak lebih dari 4 juta kilometer.

"Motor Electrum juga baru saja menjadi partner resmi shuttle service provider untuk rangkaian acara B20 dan G20 di Bali. Kami ingin membawa bisnis yang ramah lingkungan ini lebih dekat kepada konsumen," tandasnya.