Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus menorehkan kinerja positif sejak merger pada tahun 2021 lalu.

Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan perseroan berhasil membukukan berbagai pertumbuhan, seperti pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang kini menempati terbesar kelima di Indonesia.

“Sejak merger awal Februari 2021 kami berhasil membuat banyak kemajuan, seperti masuk 10 besar bank terbesar dan aset kami nomor tujuh sekarang,” ujarnya dalam dikutip Rabu, 19 Oktober.

Menurut Ade,capaian tersebut bukan hanya mendongkrak skala bisnis BSI namun juga menghadirkan beberapa keuntungan tersendiri dalam operasional usaha.

“Ini penting dan membantu kami memangkas beban biaya hingga 50 persen pada tahun lalu,” tuturnya.

Atas performa tersebut, Ade yakin BSI selaku bank syariah terbesar di Indonesia mampu merangsek ke papan atas persaingan lembaga perbankan nasional.

“Kini BSI bisa bersaing dengan top 4 bank (BRI, Mandiri, BCA, BNI) yang ada di Indonesia,” tegas dia.

Mengutip laman resmi perusahaan, lembaga jasa keuangan bersandi emiten BRIS itu sukses meraup laba bersih Rp2,1 triliun pada semester I 2022. Angka tersebut melesat 41,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021 (year on year/yoy).

Hasil moncer BRIS ditopang oleh DPK yang tumbuh 13 persen jadi 244,6 triliun dan kinerja intermediasi yang naik 18,5 triliun menjadi Rp191,2 triliun.

Adapun segmen pembiayaan tersebar masing-masing ke sektor mikro dengan pertumbuhan 31,1 persen, pembiayaan konsumer tumbuh 21,6 persen, pembiayaan wholesale tumbuh 20,3 persen, pembiayaan kartu tumbuh 22,8 persen dan gadai emas tumbuh 20 persen.

Melajunya intermediasi didukung oleh kualitas pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) net sebesar 0,74 persen. Hasil itu membuat aset BRIS menggelembung jadi Rp277,3 triliun atau naik 12,4 persen yoy.