Bagikan:

JAKARTA - Kinerja portofolio BUMN tahun 2021 menunjukkan capaian yang positif di tengah situasi pandemi global yang penuh tantangan.

Hal ini tidak terlepas dari berbagai agenda transformasi yang dituangkan dalam peta jalan BUMN.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan transformasi BUMN tidak hanya transformasi business model, people, human capital, business process, dan lain-lain.

Tapi kita juga ingin memastikan transformasi melalui laporan keuangan yang terkonsolidasi.

"Karena tentu sebagai BUMN, penting sekali punya buku yang bisa kita baca bersama-sama. Ini merupakan bagian dari transparansi dan good corporate governance yang kita ciptakan selalu, di mana keterbukaan itu menjadi penting," katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 30 September.

Erick mengungkapkan, laporan tahunan terkonsolidasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja masing-masing BUMN yang juga berfungsi sebagai early warning system untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan serta strategi BUMN ke depannya.

Lebih lanjut, Erick mengatakan, transformasi BUMN terbukti mampu mendongkrak kinerja BUMN.

Hal ini terlihat dari angka-angka laporan keuangan yang dapat dijadikan indikator, seperti peningkatan revenue, EBITDA margin, hingga penurunan rasio utang terhadap total investasi.

"Kita lihat laporan keuangan, untuk buku 2021 terjadi peningkatan revenue 18,8 persen menjadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan APBN kita. Jadi proporsionalnya hampir mirip. EBITDA margin meningkat menjadi 20,4 persen. Artinya makin sehat dan jelas sehat," ucapnya.

Erick juga mengatakan total utangnya (BUMN) Rp1.579,6 triliun dan tentu equity atau modal (tahun 2021), mencapai Rp2.778,3 triliun.

"Debt to invested capital kita kira-kira 36 persen artinya juga sehat," kata Erick.

Di samping peningkatan revenue, EBITDA margin, dan penurunan rasio utang, kinerja BUMN yang semakin baik dapat dilihat pula dari penurunan bunga konsolidasi yang awalnya Rp91,5 triliun di tahun 2020 menjadi Rp73,5 triliun di tahun 2021.

Tak hanya dari sisi keuangan, Kementerian BUMN pun secara konsisten mengefisiensi jumlah BUMN melalui pembentukan klaster BUMN.

"Kita tidak menutup mata ada juga BUMN yang kurang sehat, maka sejak awal kita bentuk portofolio daripada perbaikan BUMN-BUMN. BUMN-BUMN yang tidak masuk ekosistem, akan berada di bawah Danareksa dan juga PPA. Dan Insya Allah, jumlah BUMN terus kita lakukan konsolidasi karena kita ingin memastikan bukan banyaknya BUMN tetapi justru impact BUMN kepada industri dan tentunya kepada masyarakat," tuturnya.

Transformasi BUMN juga tercermin dari program-program yang mendukung keterwakilan perempuan di jajaran direksi dan pemimpin muda di BUMN.

"Saya optimistis bisa tercapai, walaupun tidak mudah. Karena memang ini percepatan yang saya rasa sangat signifikan. Tapi kalau tidak kita lakukan, kapan lagi, karena ini bagian dari perubahan dinamika yang harus kita hadapi bersama-sama. Sama juga ketika kita mendorong direksi di bawah 42 tahun," katanya.

Data 2022, kata Erick, ada 17 persen direksi perempuan di BUMN. Di 2023, ditargetkan akan mencapai 25 persen.

Artinya, untuk mencapai target tersebut masih ada gap 8 persen. Erick optimistis  mampu mencapai target dalam waktu kurang lebih 1 tahun 3 bulan.

"Kemarin angkanya tercapai lebih dari 5 persen di tahun 2021. Dan angka ini terus kita jaga dan tingkatkan, saya juga melihat untuk mencapai 10 persen di tahun 2023 mestinya bisa. Kita lakukan ini karena kita harus mulai berinvestasi kepada future leader kita," jelas Erick.

Erick turut menyampaikan rencananya untuk mewujudkan less bureaucracy melalui konsolidasi 45 Peraturan Menteri BUMN (Permen) menjadi maksimal 8 hingga 4 Permen saja.

Hal ini dilakukan supaya direksi atau leader di BUMN hanya perlu mereviu 4 Permen yang menjadi acuan kerja.

Tujuannya untuk mendorong percepatan kinerja BUMN yang menjalankan sepertiga ekonomi Indonesia dalam kondisi sehat serta mendorong program kesejahteraan masyarakat lebih optimal.