Kerja Sama Industri RI-Jepang Gak Ada Matinya! Kali Ini Pertegas Isu Sustainability
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenperin)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) disebutkan memperkuat kerja sama sektor manufaktur dengan Jepang dalam rangka meningkatkan kapasitas dan daya saing sesuai prinsip keberlanjutan (sustainability).

Dirjen Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko Cahyanto mengatakan pihaknya telah menggandeng Japan External Trade Organization (Jetro) untuk menginisiasi pendekatan Eco-Industrial Park di dalam negeri.

“Hal ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan sumber daya, regenerasi sumber bahan baku, dan menggali potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Rabu, 28 September.

Menurut Eko, Indonesia tengah menyiapkan diri sebagai pelopor mobilitas hijau melalui kebijakan yang mendukung terciptanya ekosistem pengembangan industri kendaraan listrik. Kata dia, langkah penting tersebut berpeluang meningkatkan produktivitas sumber daya dan meningkatkan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial bisnis.

“Pelaksanaan program-program ini juga didukung dengan berbagai kebijakan lain, seperti seperti fasilitasi dan insentif fiskal dan nonfiskal, pengembangan sumber daya manusia industri, serta pembangunan infrastruktur,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Jetro Takahashi Masakazu menyatakan bahwa masalah perubahan iklim merupakan isu penting yang tidak dapat dihindari oleh industri di berbagai negara di dunia.

“Sebagai upaya mendukung dekarbonisasi global, Pemerintah Jepang bersama dengan perusahaan Jepang di Indonesia akan mempertimbangkan pelaksanaan beberapa program-program baru, meliputi upaya transisi menuju netralitas karbon, ekonomi sirkular, daur naik (upcycle) yang melebihi daur ulang, transformasi hijau,” paparnya.

Masakazu mengungkapkan pula jika Jepang siap memberikan mensuport RI, antara lain persiapan lingkungan investasi untuk dekarbonisasi, pemberian insentif terhadap perusahaan yang melakukan upaya dekarbonisasi.

“Kami juga mendorong persiapan infrastruktur terkait untuk dekarbonisasi, serta memprioritaskan evaluasi berdasarkan life cycle assessment (LCA) dan mendorong reduce, recycle, reuse terhadap limbah, serta memanfaatkan teknologi digital,” tegas Masakazu.