JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kinerja perusahaan pelat menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini tercermin dari pendapatan konsolidasi tahun 2021 yang meningkat sebesar Rp2.295 triliun, tumbuh sekitar 18,8 persen dibandingkan tahun 2020.
Adapun pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan harga komoditas global, hingga pertumbuhan volume penjualan dari sebagian kegiatan ekonomi di beberapa klaster.
"Revenue 2021 meningkat 18,8 persen jadi Rp2.295 triliun. Artinya angka yang sangat signifikan kalau dibandingkan dengan APBN kita yang sekitar Rp2.500 triliun. Proporsionalnya hampir mirip," katanya dalam acara peluncuran laporan tahunan konsolidasi Kementerian BUMN, Rabu, 28 September.
Di sisi lain, kata Erick, margin EBITDA mengalami peningkatan menjadi 20,4 persen di tahun 2021. Terutama disebabkan perbaikan efisiensi pada beban operasional tidak langsung.
"Kita lihat juga EBITDA margin meningkat 20,4 persen. Makin sehat dan jelas sehat. Kalau ada persepsi bilang BUMN banyak utang, bahwa total utang BUMN yang bandingkan dengan investasi itu Rp1.500 triliun dan modal diinvest Rp4.209 triliun. Artinya perbandingan 35 persen antara utang dan ekuitas, artinya sehat," jelasnya.
BACA JUGA:
Kemudian, kata Erick, restrukturisasi utang dan penurunan tingkat bunga pada tahun 2021 mengakibatkan penurunan beban bunga konsolidasi dari Rp91,5 triliun di tahun 2020 menjadi Rp73,5 triliun di 2021.
"Bunga tadinya Rp91,5 triliun, di 2021 turun Rp73,5 triliun. Ini perbaikan yang bisa kita lihat dan insyaallah jumlah BUMN terus konsolidasi," ucapnya.
"Kita ingin pastikan bukan banyaknya BUMN tapi impact BUMN kepada industri dan value kepada masyarakat dan bagaimana kita harap juga BUMN bisa beri kontribusi baik ke negara," sambungnya.