Berstatus Negara Maritim, Perikanan Indonesia Ibarat Raksasa yang Tertidur
Ilustrasi perikanan Indonesia. (Foto via ANTARA/Ismar Patrizki)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagai Negara Maritim yang 70 persen wilayahnya adalah lautan, Indonesia tentunya memiliki kekayaan laut yang melimpah. Namun, potensi itu belum mampu dimanfaatkan dengan baik.

Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, perikanan Indonesia bagaikan raksasa yang masih tertidur. Dia menyebut, peluang untuk mengembangkan sektor kelautan di Indonesia masih sangat luas.

Hal tersebut disebabkan investor yang berminat di sektor kelautan baru mencapai empat persen.

"Para sarjana kelautan dituntut mengambil peran lebih, utamanya membuka lapangan pekerjaan bagi kelas menengah di sektor kelautan dan perikanan yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas, menghasilkan inovasi teknologi yang menciptakan nilai tambah produk, dan adaptif dengan perubahan," kata Teten dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir dari Antara, Sabtu, 24 September 2022.

Dia menambahkan, sarjana kelautan harus mampu mengoptimalkan sumber daya perikanan dan kelautan serta berkontribusi nyata dalam evolusi kewirausahaan di tanah air. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya kelautan yang luar biasa dan telah menjadi unggulan domestik.

"Kalau Norwegia punya salmon, kita punya banyak komoditas yang lain seperti tuna, udang vaname, rumput laut, dan lainnya. Karena itu, penting bagi para sarjana untuk mengembangkan riset budidaya di sektor kelautan ini, supaya memang dengan riset ini bisa kita kuasai sumber daya kelautan kita," ujar Teten.

Indonesia bisa mencontoh negara seperti Australia atau Korea Selatan karena memiliki perguruan tinggi yang berperan dalam evolusi usaha mikro atau informal ke usaha berbasis inovasi teknologi sains.

Peran perguruan tinggi melalui program semacam Kuliah Kerja Nyata (KKN) dianggap bakal sangat membantu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam implementasi teknologi modern, termasuk onboarding digital. Mulai dari pendaftaran dan penjualan secara online, pemasaran produk, hingga cara menggunakan kode QR sebagai pembayaran.

Bahkan sudah saatnya perguruan tinggi bersama pemerintah membangun platform khusus guna mempertemukan para pelaku usaha sejenis untuk berbagi ide, inovasi produk, hingga pelatihan untuk meningkatkan skala bisnis. Program semacam itu di sejumlah tempat terbukti mampu meningkatkan penjualan hingga 61,5 persen.

"Jadi sarjana harus mendorong evolusi kewirausahaan, kita harus mulai mengembangkan produk yang dapat bersaing. Sarjana Iskindo harus punya keinginan memakmurkan negeri ini berbasis sektor kelautan," ungkap Teten.