Miliki Potensi Hydro dan Geothermal Besar, Dirut PLN: Masih Ada Ruang untuk Pengembangan
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat transisi energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dengan dua potensi terbesar yakni pembangkit listrik berbasis panas bumi (geothermal) dan air (hydro) untuk menggantikan pembangkit berbasis batu bara.

“Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi EBT terbesar di dunia. Memang harus diakui, tantangan pengembangan EBT ini besar karena dari sisi proses pembangunannya lama. Sehingga butuh kajian kelayakan yang beragam dan perencanaan yang matang,” kata Direktur Utama Darmawan Prasodjo dalam keterangan kepada media, Jumat 23 September.

Darmawan menjelaskan, potensi air di Indonesia sebesar 75 gigawatt (GW), tetapi pemanfaatannya baru sekitar 5 GW atau 6,5 persen.

Sedangkan potensi panas bumi sebesar 29 GW, terbesar kedua di dunia, dengan pemanfaatan yang baru sekitar 2,2 GW atau 7,5 persen.

“Artinya, masih banyak ruang untuk kita lakukan pengembangan,” jelas Darmawan.

Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menambahkan, panas bumi dan air memang dua jenis EBT yang bisa menjadi andalan ke depan mengingat potensinya sangat besar.

Namun, kajian lebih mendalam masih diperlukan untuk mengukur demand, suplai, dan keandalannya untuk mereduksi emisi karbon.

“Saat ini kita sudah punya program pensiun dini PLTU. Sehingga harus segera dipikirkan subititusinya. Tidak hanya menggantikan kapasitas, tetapi juga sebagai baseload. Storage juga sangat berperan jika kita bicara pasokan listrik yang andal,” jelas Harris.

Selain panas bumi dan air, lanjut Harris, potensi EBT Indonesia masih sangat besar termasuk di dalamnya adalah tenaga surya, angin, dan laut.

Ragam sumber EBT tersebut bisa disinergikan agar mampu berkontribusi secara maksimal.

“Saya senang sekali PLN melakukan kerja sama untuk pemanfaatan energi laut. Karena sejauh ini kita belum punya pembangunannya secara komersial. Kita berharap ini ke depannya bisa seperti tenaga angin yang sebelumnya dipandang pesimis namun kinerjanya sangat bagus di Sulawesi,” tambahnya.

Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto menekankan, PLN terus meningkatan bauran energi mix melalui penambahan kapasitas dan produksi listrik melalui pembangkit EBT.

Porsi pengembangan kapasitas EBT sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 mencapai 51,6 persen atau setara dengan 20,9 GW.

“Di tahun 2022 ini PLN mengadakan pembangkit EBT sebesar 1,5 GW. Seiring dengan komitmen tersebut PLN melakukan banyak program termasuk 5 kerja sama terkait pengembangan EBT dengan berbagai pihak. Untuk saat ini pembangkit EBT PLN telah mencapai 8.512 MW,” ujar Wiluyo.

Wiluyo menuturkan, PLN secara serius melakukan co-firing biomassa pada 32 lokasi PLTU. PLN punya 52 PLTU yang akan di co-firing hingga tahun 2025.

Khusus untuk pengembangan pembangkit Geothermal, ia menyebutkan saat ini ada PTLP Sorik Merapi (195 MW), PTLP Sokoria (30 MW), dan Patuha (55 MW). Sedangkan pembangkit Hidro ada PLTA Jatigede (110 MW), PLTA Peusangan (88 MW), PLTA Asahan III (174 MW), PLTA Cisokan (1.040 MW).

“Tentunya PLN tidak bisa berdiri sendiri karena harus berkolaborasi bekerja sama dengan seluruh stakeholder, investor, pihak swasta, serta pemerintah untuk mengembangkan program-program ini. Harapannya sinergi ini bisa menyukseskan program transisi energi Indonesia,” tutup Wiluyo.