Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengibaratkan migrasi elpiji ke kompor induksi seperti transisi pengunaan bahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik.

Saat ini, kata Erick, pemerintahan masih merapihkan peta biru terkait transisi energi ini.

Sejak tahun 2003 silam, Indonesia sudah melakukan impor BBM. Harga BBM dunia yang terus meningkat, hingga beban anggaran untuk subsidi yang juga sudah semakin memberatkan APBN, akhirnya membuat pemerintah harus mengambil langkah untuk mengurangi subsidi terhadap BBM.

Berangkat dari hal tersebut, Erick mengatakan pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik. Kata Erick, target penggunaan sepeda motor dan mobil listrik adalah sebesar 50 persen. Namun, diakuinya hal ini tidak mudah.

Adapun rencana transisi energi dari BBM ke kendaraan listrik akan dimulai dari lingkungan kementerian maupun perusahaan pelat merah. Hal ini sejalan dengan Surat Edaran yang dikeluarkan Erick Thohir.

Dalam surat tersebut perusahaan pelat merah diminta mengganti kendaraan dinas karyawan dan direksi dengan mobil atau motor listrik. Tentu dengan catatan disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.

"Ini kan masih mencoba merapihkan peta biru mengenai energi nasional. Seperti kita ini impor BBM dari tahun 2003, karena itu kita coba yang namanya motor dan mobil listrik. Anggap itu bisa 50 persen. Tapi itu pun kita tahu produksi mobil lsitrik dan cip mobil lagi sulit," katanya kepada wartawan, dikutip Kamis, 22 September.

"Artinya kan tidak mudah, tapi apa kita mesti kasih bendera putih? kan nggak. Makanya ada trobosan yang namanya B40 dinaikkan dari B30, plus ada etanol yang menjadi campurna untuk BBM," sambungnya.

Layaknya transisi energi dari BBM ke kendaraan listrik baik motor maupun mobil, kata Erick, migrasi elpiji ke kompor induksi pun serupa.

Apalagi, Erick mengatakan, rencana tersebut masih terus dirembukan dengan seluruh pemangku kepentingan.

Dengan demikian, kendaraan yang menggunkan BBM masih bisa dipakai, begitu juga dengan kompor elpiji yang tak langsung hilang.

"Sama untuk kompor listrik, ini kan masih diskusi, di mana apakah LPG akan langsung hilang? enggak, kan DME itu masih tahun 2028. Terus gara-gara kita ketakutan LPG makin besar, kita ambil keputusan langusng ganti semau ke kompor listrik? Enggak mungkin," katanya.

Erick menambahkan migrasi elpiji ke kompor listrik belum tentu menyasar kalangan masyarakat kelas bawah.

Namun, bisa jadi justru menyasar kelas menengah, seperti penghuni apartemen atau perumahan.

"Kompor listirk itu asumsinya akhirnya akan masuk ke apartemen, di perumahan, belum tentu yang (masyarakat) bawah. Belum tentu," katanya.

Sekadar informasi, program yang dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN di desa-desa seperti di Solo dan Denpasar, Bali merupakan uji coba.

Kata Erick, PLN masih melakukan uji coba di lapangan mengenai kompor listrik ini. Meskipun nantinya ada migrasi ke kompor listri, Erick mengatakan tidak serta merta akan mengurangi gas elpiji.

"PLN itu (sedang) uji coba. Sama tetap yang namanya LPG akan tetap berjalan," jelasnya.