JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa situasi global yang tidak menentu membuat harga minyak diperkirakan bakal terus mengalami fluktuasi hingga 2023 mendatang. Menurut Menkeu, prediksi tersebut bisa dilihat hari saat terjadi penurunan harga meski masih dalam tren yang cukup tinggi.
“Kita tidak bisa mengetahui apakah nanti akan naik lagi atau malahan turun,” ujarnya melalui kanal virtual dalam acara diskusi Bloomberg, Senin, 12 September.
Menkeu Menambahkan, kondisi ini lantas membuat pemerintah melakukan penyesuaian harga jual bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri mengingat level rata-rata sekarang masih direntang 90 dolar hingga 100 dolar per barel.
“Kebijakan ini juga langkah untuk mengurangi tekanan terhadap keuangan negara (APBN),” tuturnya.
Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan jika faktor penentu harga minyak cukup kompleks dan rumit sehingga tidak bisa hanya mengandalkan satu instrumen. Katanya, terkadang kebijakan satu negara bisa berimbas pada negara lain terkait komoditas energi tersebut.
“Harganya masih terus volatile dan semakin tidak menentu akibat geopolitik,” tegas dia.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, imbas dari tingginya level minyak mentah dunia telah berbuntut pada peningkatan banderol BBM bersubsidi di dalam negeri. Tercatat, pemerintah telah menaikan harga eceran pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter dan solar Rp5.150 menjadi 6.800 per liter.
Asal tahu saja, angka itu sebenarnya belum mencerminkan nilai keekonomian yang ada. Pemerintah mengklaim jika pertalite sejatinya memiliki nilai ekonomi Rp13.150 per liter dan solar Rp14.750. Artinya, masih terdapat subsidi masing-masing Rp3.150 dan Rp7.950 untuk setiap satu liter pertalite dan solar yang diterima masyarakat.